HIDUPKATOLIK.com – Perancis, Mei 1999, ratusan orang dari berbagai negara mengikuti Pameran Floralies Internationales yang digelar di Nantes, kota di bagian barat Perancis. Di lapangan seluas kurang lebih satu hektare, para peserta sibuk memamerkan aneka bunga yang dibentuk taman. Di tengah hiruk pikuk, Katarina Utami Nugraheni nampak berpikir keras. “Mi, sudah dapat ide belum?” tanya seorang rekannya. “Oke, kita buat taman dengan kolam!” ujar Utami yang bertubuh kurus ini.
Mereka segera bekerja membuat taman yang dipenuhi bunga anggrek. Utami menjadi “bos” pembuatan taman mini ini. Mereka meminta plastik, bebatuan, tanah, air, dan pasir dari panitia. Namun, karena keterbatasan penguasaan bahasa Perancis, Utami memilih tidak terlampau sering berkomunikasi dengan panitia. Ia dan rekannya berusaha mengerjakan semua secara mandiri, apalagi waktu untuk membuat taman hanya satu hari. “Kalau meminta bantuan panitia, waktu akan terbuang hanya untuk berkomunikasi,” kisah Utami.
Utami warga negara Indonesia. Tapi dalam pameran ini, ia mewakili H.T. Flora, perusahaan hortikultura yang berbasis di Singapura. “Saat itu, saya bekerja di PT Bintang Delapan Hortikultura. Nah, pemilik perusahaan tempat saya bekerja ini masih bersaudara dengan pemilik H.T. Flora. Saya ditunjuk mewakili perusahaan Singapura itu,” cerita perempuan kelahiran 27 April 43 tahun yang lalu ini.
Kerja seharian terbayar tuntas. Taman hasil karya Utami terpilih menjadi juara pertama kategori kemandirian. Namun, Utami tak terlalu bangga dengan pencapaian itu, karena ia mewakili perusahaan negara tetangga. “Sudah capek-capek, tapi cuma dapat plakat!”
Di PT Bintang Delapan Hortikultura yang mengembangkan biji dan kultur jaringan tanaman anggrek kualitas ekspor, Utami bekerja sebagai koordinator supervisor. Ia membawahi 20 supervisor yang mayoritas kaum adam. Meski bertugas untuk mengawasi, namun Utami kerap turun tangan. Ia tak segan naik ke atas atap untuk membuat atau membenahi Green House, tempat pengembangan tanaman anggrek. Karena kerja keras ini, Utami diganjar sebagai Kepala Bagian Produksi yang menggerakkan 300 karyawan. Ia membuat produktifitas karyawan terus meningkat dengan mengekspor satu juta tanaman anggrek dalam satu tahun.
2000 varietas
Dunia pertanian adalah dunianya Utami. Sejak lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, Program Studi Ilmu Hama Tumbuhan, Utami terus bergelut dalam dunia pertanian. Pada Januari 20014, ia membantu penelitian yang dilakukan Kepala Pusat Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Witjaksono. Ia turut meneliti dan mengembangkan bibit aneka tanaman, seperti alpukat, pisang, jati, ulin, ramin, tebu, gaharu, delima, anggrek serta yang lain. Selama tujuh tahun, Utami bersama timnya telah berhasil mengembangkan 2000 varietas pisang hasil perkawinan silang tanaman pisang dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, Utami bersama timnya berhasil mengembangkan bibit tanaman jati yang disebut Jati Platinum. Pohon Jati Platinum ini dapat dipanen saat berusia delapan sampai sembilan tahun. Kualitas kayu jati ini setara dengan kayu jati biasa yang berusia 35 tahun.
Lagi-lagi, kerja keras umat Paroki Hati Maria Tak Bernoda Cicurug, Keuskupan Bogor ini, mendapat apresiasi. Ia diminta Dr Witjaksono membantu mengelola laboratorium dan Green House PT Santini Mitra Amanah, milik istri Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dan istri pengusaha Sofyan Wanandi. Di perusahaan yang mengembangkan budidaya anggrek ini, Utami berkarya sebagai supervisor laboratorium dan Green House. Setelah beberapa tahun, Utami mampu membuat perusahaan ini menghasilkan bibit anggrek secara mandiri dalam botolan. Sebelumnya, untuk mendapatkan bibit anggrek berkualitas, perusahaan ini selalu mengimpor.
Sepak terjang Utami inipun dilirik Imam B. Prasodjo. Imam meminta Utami agar membantu mengatasi hama yang kerap mengganggu kesuburan tanaman melon, cabe, jambu kristal di Kampung Ilmu milik Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia ini.
Membuat kue
Berkat ketekunan menggeluti dunia pertanian, Utami mendapat pekerjaan bertubi-tubi. Selain berkarya sebagai peneliti di LIPI, kini Utami juga bekerja di PT Inti Jati. Perusahaan ini mengembangkan pembibitan pohon jati dengan teknik kultur jaringan, metode pengembangbiakkan tanaman dengan mengisolasi sel atau jaringan tertentu dalam kondisi steril, sehingga sel atau jaringan tersebut dapat berkembang biak.
Namun Utami menyadari, dengan menerima banyak pekerjaan, rekan-rekannya ada yang tak suka. “Banyak teman yang menilai saya ini serakah!” ujarnya. Tapi, Utami tak ambil pusing. “Semakin banyak pekerjaan kan berarti semakin banyak penghasilan dan ilmu yang saya dapat. Artinya, semakin banyak pula hal yang bisa saya berikan untuk orang-orang di sekitar. Kalau tidak ada penghasilan dan ilmu, bagaimana kita bisa berbagi?” imbuh ibu dua anak ini.
Utami ternyata tak hanya mahir dalam penelitian dan pengembangkan bibit tanaman. Ia juga piawai mengolah hasil tanaman. Ini terbukti ketika ia mengikuti kompetisi membuat kue dari umbi-umbian yang diadakan Dharma Wanita LIPI, Utami mendapat juara pertama. Ia mengkreasikan kue dari tepung kentang hitam. Ia membuat kue berbentuk boneka-boneka mini yang unik dan menarik. Ia juga memberikan informasi-informasi tentang kentang hitam dan cara pembuatan kue.
Katarina Utami Nugraheni
TTL : Klaten, Jawa Tengah, 27 April 1972
Suami : Albertus Agus Triyono
Anak : Stanislaus Bagus Satriyoaji dan Hieronymus Bagus Satriyoadi
Pendidikan:
• SDN Pandansimping, Klaten
• SMPN Jogonalan, Klaten
• SMAN 1 Klaten
• Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pekerjaan:
• Kepala Bagian Produksi PT Bintang Delapan Hortikultura (1996-2002)
• Supervisor Pusat Penelitian Biologi Bidang Botani LIPI (2004-sekarang)
• Supervisor PT Santini Mitra Amanah (2011-sekarang)
• Supervisor PT Inti Jati (2012-sekarang)
Penghargaan:
• Juara I Kategori Kemandirian Pameran Floralies Internationales di Nantes, Perancis (1999)
• Juara I Lomba Membuat Kue dari Umbi-umbian, Dharma Wanita LIPI (2014)
Takas Tua