HIDUPKATOLIK.com – Di Desa Padangbulan, Lampung, 25 tahun Rumah Retret La Verna berdiri kokoh dengan segala aktivitas pelayanan. La Verna hadir mengalirkan berkat Tuhan yang tak pernah habis.
Banyak berkat yang mengalir melalui Rumah Retret La Verna, yang terletak di desa berbukit Padangbulan, tiga kilometer dari Pasar Pringsewu, Lampung. Rumah Retret ini bermula dari kebutuhan retret para suster Fransiskan St Georgius Martir (Kongregation Der Franziskanerinnen VM. HI. Maertyer Georg/FSGM) yang semula berada di rumah pusat Kota Pringsewu.
Tim Retret La Verna merupakan kerja-sama antara para Suster FSGM dengan Kongregasi Imam-Iman Hati Kudus Yesus (Congregatio Sacerdotum A Sacro Corde Jesu/SCJ). Mereka bertugas membantu berbagai kegiatan di La Verna, terutama bagian spiritual. Tim ini terdiri dari Romo Andreas Maria Siswinarko SCJ, Sr M. Claudia, Sr M. Constantin, Sr M. Mariella, dan dua orang muda: Yohanes Junjung Asa Pasunggi dan Roy Saputra. Selain mereka, ada Sr M. Leonarda yang siap sedia menjamu para tamu dengan aneka masakan.
Banyak Cerita
Tahun ini, Rumah Retret La Verna berusia 25 tahun. Selama kurun waktu itu, rumah retret ini selalu didatangi tamu dari berbagai daerah untuk menimba kekuatan dari Sang Khalik. Suasana lingkungan rumah retret ini asri dan didukung dengan bentuk bangunan yang mengikuti kontur tanah. Banyak pepohonan rindang yang membuat siapapun yang datang lebih dekat dengan alam. Belum lagi kesunyian dan keindahan alam yang membantu para tamu, terutama peserta retret untuk mendengarkan suara Tuhan.
Rumah retret ini dibangun dengan kelompok-kelompok rumah, seperti Lembah Damai, Rumah Hijau, Gedung Serba Guna, juga pondok-pondok kecil. Jadi, meski ada banyak kelompok yang datang, tidak saling menggangu. Apalagi, ruang makan terpisah. Selain itu, para tamu bisa memilih tempat untuk merenung, entah di kapel atau di pondokan.
Di bawah Rumah Retret La Verna, ada tempat ziarah Sendang Gua Maria. Seratusan anak tangga mengantar ke lokasi itu. Zaman kolonial Belanda, Desa Padangbulan pernah menjadi tempat persembuyian para pastor, suster, anak asrama, dan umat Katolik Pringsewu.
Saat-saat tertentu, Pastor Paroki Pringsewu Romo Padmoseputra bermeditasi berjam-jam di dekat sumur kecil di desa itu. Seusai meditasi, ia melempar sekuntum bunga kenanga ke dalam sumur itu. Seiring waktu, di sekitar sumur itu tumbuh bunga-bunga kenanga. Banyak orang mengatakan, sumur itu sumur “tiban”.
Berita itu tersiar dari mulut ke mulut. Akibatnya, banyak orang berkunjung dan berharap mendapatkan kesembuhan. Berkat iman, seorang yang sakit amandel, sembuh setelah minum air sendang itu. Selain itu, ada kisah anak bisu. Sang ayah ingin memandikan anaknya dengan air sumur itu. Tetapi, anakya tidak mau. Karena jengkel, ayahnya menyiram dengan seember air. Spontan sang anak berteriak. Sejak saat itu, ia mampu berbicara. Masih banyak cerita yang dapat dihimpun dari masyarakat setempat.
Selama kurun 15 tahun, Gua Maria ini dikenal sebagai Gua Maria Padang Bulan. Sejak Desember 2000, Uskup Tanjungkarang kala itu, Mgr Andreas Soewijata Henrisoesanta SCJ menetapkan gua ini dengan sebutan Mariam.
Rumah Doa
Pesta 25 tahun merupakan syukur yang mendalam bagi para suster dan tim Rumah Retret La Verna karena diperkenankan hadir di tengah masyarakat dengan segala aktivitasnya tanpa persoalan yang berat. “Semua kegiatan yang kami adakan berjalan lancar,” ujar Ketua Tim La Verna, Romo Siswinarko SCJ. Semua tamu yang datang harus dilayani dengan sepenuh hati. Melalui para tamu itulah berkat Tuhan terus mengalir. Tidak hanya kehidupan rohani, kebutuhan jasmani para suster, tim, dan seluruh karyawan menjadi sejahtera dan tercukupi, ungkap romo yang sering disapa Romo Arko ini.
Senada yang dirasakan Sr M. Leonarda FSGM, perayaan 25 tahun Rumah Retret La Verna merupakan rasa syukur bahwa La Verna ada dan hadir bagi semua orang, semua usia, dan agama. Suster kelahiran Margolestari, 25 Desember 1975 ini meyakini, La Verna memberikan kesegaran dan kegembiraan bagi semua orang yang datang. Buktinya, kalau sudah pernah datang ke sini, rasanya ingin lagi dan lagi, ucapnya sembari tertawa.
“Tempat ini merupakan rumah doa. Jadi, doa-doa para tamu yang datang berimbas kepada kami, turut mendapatkan berkat itu. Lihat saja, meski setiap hari bekerja keras, toh kami tetap sehat dan kuat. Ini bukti bahwa berkat itu terus mengalir,” tambah Sr Leonarda. Ia berharap, berkat-berkat itu juga mengalir kepada semua orang.
Tim Rumah Retret La Verna mengupayakan berbagai kegiatan, seperti retret, rekoleksi, seminar, kaderisasi, dan pelatihan-pelatihan kemanusiaan. Maka, setiap tim harus membina dan mengembangkan diri terus-menerus, supaya dapat melayani, entah dengan membaca, menonton televisi, mendengarkan radio, atau berbagai fasilitas yang mengarah kepada pengembangan spiritual dan pribadi.
Apapun kemasan yang disajikan tim La Verna, tentu tidak mencetak para peserta langsung bertobat dan mengubah diri sepulang dari rumah retret La Verna ini. Semua butuh proses dan waktu. Biar Tuhan yang bekerja. “Kami dipanggil bukan untuk sukses, tetapi untuk setia dan membawa orang kepada Tuhan,” tambah Romo Arko. Yang pasti, ketika para tamu datang, keluarga La Verna siap melayani dengan senyum, sapaan, dan perhatian.
Rumah Retret La Verna juga menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar, khususnya dalam bidang lingkungan hidup dan berbagai kegiatan kebangsaan. Sr Leonarda bersama karyawan La Verna membentuk tim kompos. Mereka mensosialisasikan penggunaan sampah menjadi berkat kepada kelompok ibu-ibu PKK, misalnya. “Beberapa tahun yang lalu, kami pernah memanggil mereka untuk menularkan ilmu kepada para suster. Salah satunya, kerajinan tangan dari lidi yang dianyam menjadi berbagai bentuk seperti lampu, kipas, dll,” ujar Sr Leonarda.
Bazar Daur Ulang yang diadakan di La Verna, 5-6 Agustus yang lalu, adalah salah satu kegiatan rangkaian 25 tahun La Verna. Bazar ini diikuti para Suster FSGM, berbagai komunitas, dan ibu-ibu PKK dari Desa Tulung Agung dan Banyu Mas. “Kami, para suster FSGM punya hati pada lingkungan dan mengusahakan kerjasama dengan banyak pihak untuk mencintai lingkungan. Kami ingin mengusahakan barang-barang yang tidak terpakai lagi, masih bisa dimanfaatkan dan memiliki harga. Jadi, kita belajar untuk tidak asal buang barang apalagi sampai mengotori lingkungan,” ujar Sr Leonarda.
Selain bazar daur ulang, berbagai kegiatan telah dilaksanakan, seperti pengobatan, seminar, lomba film, dll. Menurut Romo Arko, ke depan Rumah Retret La Verna akan mengadakan kerjasama dengan orangtua siswa. Hari terakhir retret, orangtua dihadirkan selama sekitar dua jam, untuk mendengarkan sharing dan arahan. Tujuannya, membantu orangtua dalam mendidik dan mendampingi putra-putrinya selanjutnya. Selain itu, agar orangtua dapat melihat prestasi dan kemampuan anaknya yang bisa dibanggakan. “Kalau dulu, murni dari sekolah, sekarang melibatkan orangtua,” kata Romo Arko.
La Verna terus berbenah diri agar mampu melayani sesuai kebutuhan zaman. Semoga berkat-berkat yang telah diterima La Verna tidak akan pernah habis, namun semakin dirasakan semua orang.
Sr M. Fransiska FSGM