HIDUPKATOLIK.com – Tahun 2015-2016, dua media massa memperingati ulang tahun istimewa. Pada awal 2016, Majalah HIDUP tepat berusia 70 tahun. Inilah majalah tertua di republik ini yang tetap hidup dan setia mengunjungi pembaca tanpa putus. Harian Umum Kompas, pada pertengahan 2015 berusia setengah abad. Usia koran ini bisa dibilang belum terlalu panjang. Namun, apabila meneropong dari sejarah pers tanah air, usia 50 tahun dan tetap menjadi pilihan utama pembaca, maka Kompas layak disebut istimewa.
Dua peristiwa ini pantas dirayakan. Mengapa? Tak lain lantaran Majalah HIDUP dan Kompas berasal dari rahim Katolik. Hal demikian mengabarkan bahwa Katolik di Indonesia memberi sumbangan signifikan kepada bangsa. Katolik ikut membentuk masyarakat membangun budaya membaca sekaligus menulis. Media sebagai penanda peradaban sebuah bangsa ikut dijaga marwahnya oleh Katolik.
Benar, bersamaan dengan dibubarkannya beberapa partai politik pada 1972, sejak itu pula Kompas menjadi harian umum yang tidak berafiliasi dengan partai politik, Partai Katolik. Kompas,selaras dengan cita-cita pendiri Jakob Oetama dan PK. Ojong, menjadi Indonesia mini tempat bernaung aneka agama, suku, dan golongan. Kompas menjadi “halaman depan” Indonesia bagi siapapun yang ingin mengetahui kondisi Indonesia kontemporer. Walaupun demikian nilai-nilai kekatolikan yang sudah terlanjur menjadi budaya organisasi tak mudah luntur.
Merayakan penuh suka cita memang hal yang pantas disyukuri. Namun lebih dari itu dan menjadi penting adalah pertanyaan gugatan sekaligus reflektif, “Bagaimana dan apa sumbangan Katolik bagi Indonesia pada masa depan?”
Belajar dari pengalaman, Majalah HIDUP dan Kompas sekiranya bisa menjadi perkakas yang bisa digunakan Gereja Katolik agar bisa memberi kontribusi signifikan kepada republik ini. Kelahiran Majalah HIDUP dan 20 tahun berikutnya Kompas, menandakan bahwa Katolik memasuki wilayah yang belum diminati banyak kalangan. Yang menarik, wilayah ini menjadi penting karena berhubungan dengan pengaruh. Siapa yang menguasai media, ia juga akan menguasai masyarakat. Jargon ini benar!
Pada masa depan, Katolik harus memasuki wilayah yang belum banyak pemain dan itu memiliki pengaruh signifikan. Keberhasilan Katolik pada masa lalu karena kuat dalam sektor pendidikan dan kesehatan. Sekolah dan rumah sakit Katolik menjadi rujukan utama masyarakat. Itu dahulu. Pada masa depan perlu diperluas lagi ranah pelayanan Katolik, sehingga Katolik memiliki keunggulan yang tak bisa disamai organisasi lain.
Mengelola organisasi, apapun bentuk organisasi tersebut, dan organisasi demikian menjadi unggul, lantaran kemampuan prima dari pengelola dalam hal kepemimpinan dan manajerial. Maka, organisasi-organisasi Katolik harus dikelola para pemimpin yang memiliki kecerdasan kepemimpinan dan kecakapan manajerial. Terlebih lagi organisasi-organisasi pelayanan baru yang akan dibentuk untuk menjawab tantangan jaman. Dua prasyarat ini tidak boleh dilanggar.
Inovasi tiada henti merupakan strategi yang dilakukan Majalah HIDUP dan Kompas, sehingga tetap dibaca masyarakat. Sempat terlena dengan kebesaran masa lalu dan terlampau fokus kepada pelanggan setia, Majalah HIDUP pernah melupakan inovasi. Menyadari hal demikian, Majalah HIDUP segera melakukan inovasi dalam desain majalah, sehingga menjadi muda kembali dan menarik dibaca berbagai kalangan.
Kompas memang selalu berinovasi. Terlebih pada jaman serba digital. Inovasi redaksional, pengelolaan, dan produk baru menjadi tak terbantahkan. Itulah kekuatan Kompas sehingga pada usia 50 tahun tetap menjadi pemimpin pasar media massa. Keunggulan kompetitif sebuah organisasi lantaran organisasi tersebut memiliki budaya inovasi. Sudahkan organisasi-organisasi Katolik memiliki tradisi inovasi?.
A.M. Lilik Agung