HIDUPKATOLIK.com – Romo Erwin yang baik, saya ibu rumah tangga, punya anak yang sudah kuliah. Suami bekerja di provinsi lain, jarang pulang. Saya menjalankan bisnis online. Saya juga memiliki kebun yang digarap orang. Sekitar tiga tahun lalu, saya sering didatangi oleh romo muda yang bertugas di paroki saya. Saya mengagumi romo itu karena kalem dan menarik. Ia mengatakan sayang kepada saya dan akhirnya ia minta saya “melayani” sebagai teman seks. Saya hamil dan keguguran dua kali. Romo itu juga mengeruk uang bisnis online saya. Ia melarang saya mengaku dosa selain dengannya. Dia juga selingkuh dengan seorang janda. Saya diminta melakukan hubungan seks juga di pastoran. Sekarang saya terkena tumor rahim. Romo itu pindah ke paroki lain. Saya merasa sakit sendirian. Bagaimana saya harus bertindak? Bagaimana agar romo itu bertobat? Ia mengancam akan bunuh diri jika saya melaporkannya. Saya merasa telah menjadi budak seksnya. Terima kasih tanggapannya Romo.
TA, Indonesia
Ibu TA yang sedang bingung. Masalah Ibu berasal dari keputusan kalian berdua yang melanjutkan hubungan ke arah yang salah, semakin dalam dan bahkan sampai berhubungan seksual. Hubungan seksual membawa pengaruh emosional juga kepada pasangan seksual, sehingga Ibu masih terbayang-bayang kepada romo yang bersangkutan.
Saya prihatin atas peristiwa yang menimpa Ibu. Apakah Ibu juga mengalami kesulitan dalam hidup rumah tangga, sehingga jatuh dalam perselingkuhan ini? Terkait dengan romo yang dimaksud, ia sudah tidak layak untuk hidup sebagai imam, karena telah melanggar kaul atau janji selibat (hidup bertarak/perawan) yang diembannya.
Perhatikan KHK Kan. 277 art.1: “Para klerikus terikat kewajiban untuk memelihara tarak sempurna dan selamanya demi Kerajaan Surga, dan karena itu terikat selibat yang merupakan anugerah istimewa Allah; dengan itu para pelayan suci dapat lebih mudah bersatu dengan Kristus dengan hati tak terbagi dan membaktikan diri lebih bebas untuk pelayanan kepada Allah dan kepada manusia”.
Kewajiban itu mengikat seumur hidup bagi seorang imam. Jadi, apapun alasannya, hubungan seksual romo itu dengan Anda tidak dapat dibenarkan sama sekali. Anda berdua jatuh dalam dosa.
Jika Anda dan banyak orang merasa perilaku romo itu menjadi batu sandungan bagi umat yang lain, karena ia melakukannya dengan beberapa orang, maka Anda sebagai umat juga mempunyai kewajiban untuk menyampaikan hal ini kepada pemimpinnya. Hal ini agar tingkah lakunya ditanggapi dan tidak semakin buruk dan parah. Tentu saja, Anda harus mengakui perbuatan Anda juga dalam hal ini.
Persoalan ini memang berat. Anda dipengaruhi oleh perasaan marah, cemburu, dan sekaligus prihatin, sehingga apapun yang Anda lakukan akan bernuansa emosional. Dalam keadaan “sakit”, berusahalah bersikap obyektif dan bijaksana. Carilah seorang imam lain yang bijaksana dan mampu membimbing Anda keluar dari masalah ini. Carilah juga seorang konselor Katolik yang dapat menolong Anda sehingga semua tidak berlarut-larut dan meninggalkan luka lebih dalam, bagi Anda dan orang lain.
Hentikan relasi Anda dengan romo itu, berusahalah untuk bangkit dari keterpurukan ini. Anda juga berperan dalam peristiwa ini. Jika Anda mau bangkit, Anda bisa memperbaiki keadaan. Mulai dari diri Anda sendiri dulu. Suami dan anak Anda yang sudah dewasa juga bisa diandalkan. Perbaiki hubungan Anda dengan mereka. Dan jangan lupa berdoa. Tuhan akan menolong Anda, sebab Ia sungguh baik kepada siapa saja yang mau datang kepada-Nya dan bertobat.
Yesus mengatakan, “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan” (Lukas 15:7). Mulailah dengan mengaku dosa kepada imam (bukan romo itu). Jangan takut, karena imam lain tidak akan membongkar rahasia pengakuan. Buatlah keputusan final untuk membebaskan diri darinya. Semoga Tuhan Mahakasih membantu Anda.
Alexander Erwin Santoso MSF