HIDUPKATOLIK.com – Pekan Biasa XXIII; Bil 21:4-9; Mzm 78: 1-2, 34-38; Yoh 3: 13-17
HARI ini Gereja merayakan Pesta Salib Suci. Pesta hari ini agak berbeda dengan hari Jumat Agung. Pada hari Jumat Agung, kita merayakan sengsara dan wafat Yesus di kayu salib. Sementara pada pesta hari ini, yang dirayakan adalah salib sebagai sarana yang dipilih Allah untuk menyelamatkan kita. Allah telah mengubah sarana hukuman mati yang memalukan ini menjadi sarana penyelamatan kita. Oleh karena itu, kita bisa bernyanyi “Kita harus bangga akan salib Tuhan kita, Yesus Kristus.”
Tetapi kita mesti segera sadar, bahwa salib tidak pernah menjadi terminal kita. Salib bukan tujuan akhir kita. Sesudah salib masih ada kenyataan mahapenting, yaitu kebangkitan. Bahkan kita harus katakan bahwa tanpa kebangkitan, salib tetap sebagai sarana hukuman mati yang memalukan.
Lalu? Bagi kita, salib tidak pernah boleh menjadi kata terakhir. Tetapi bagaimana kenyataanya? Tidak jarang kita justru berhenti pada salib; (jangan-jangan) kita terlalu menikmati salib. Tetapi di sisi lain, kita justru lupa pada kebangkitan, yang membawa keceriaan.
Romo V. Indra Sanjaya