HIDUPKATOLIK.com – MARIA Katarina Sumarsih harus absen dalam latihan kelompok kor Serafim. Sebab ia menghadiri rapat untuk Aksi Kamisan ke-502. Saat rapat tengah berlangsung, telepon genggam milik ibunda B.R. Norma Irmawan, mahasiwa Unika Atma Jaya Jakarta yang menjadi korban Tragedi Semanggi I, berdering.
Anita dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang menelpon Sumarsih, Jumat, 4/8. Ia memberitahu kepada Sumarsih, AJI akan memberikan penghargaan kepada individu atau kelompok yang gigih menegakkan kebebasan pers, berekspresi, dan nilai-nilai keadilan serta demokrasi. Aksi Kamisan masuk nominasi Tasrif Award.
Kabar itu mendapat tepuk tangan dari sejumlah anak muda yang hadir dalam rapat tersebut. Selang beberapa menit, Sumarsih mendapat telepon yang memberi tahu bahwa dewan juri memutuskan Aksi Kamisan bersama Kartini Kendeng menjadi pemenang Tasrif Award 2017. Namun kali ini, ia merahasiakan kabar itu. “Agar surprise pada saatnya,” tutur umat Paroki Maria Kusuma Karmel Meruya, Keuskupan Agung Jakarta.
Saat perayaan ulang tahun AJI ke-23, di Hotel Arya Duta Jakarta, diumumkan peserta Aksi Kamisan sebagai salah satu pemenang Tasrif Award. Sumarsih, sebagai salah satu penggagas dan koordinator Aksi Kamisan menerima penghargaan tersebut. “Semoga anugerah Tasrif Award mampu mendorong pemerintah untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat sesuai undang-undang berlaku, yakni UU 26/2000 tentang Pengadilan HAM,” ungkap perempuan kelahiran Rogomulyo, Susukan, Semarang.
Aksi Kamisan dimulai 18 Januari 2007. Aksi ini dikenal juga dengan Aksi Payung Hitam. Selama melakukan aksi damai itu, mereka berdiri dan berpayung hitam, menggelar foto para korban dan spanduk, dan mengirim surat kepada Presiden RI. Sejak aksi pertama kali digelar, sudah 471 pucuk surat yang mereka kirim kepada Presiden RI. Aksi ini menginspirasi kaum muda berbagai kota melakukan aksi serupa.
Yanuari Marwanto