HIDUPKATOLIK.com – Para suster mendidik dan mengasuh anak-anak di panti asuhan. Anak asuh dari balita sampai usia SMP disiapkan untuk kembali ke keluarganya.
Gerald Canel Jose Loho adalah anak laki-laki terbesar di Panti Asuhan (PA) Bunda Serayu, Banyumas, Jawa Tengah. Gerald, panggilannya, duduk di kelas lima SD di sebuah sekolah Kristen. Anak yang hobi sepeda ini terlihat penuh percaya diri. Saat ditanya apa yang menjadi cita-citanya? Dengan mantap ia mengatakan ingin menjadi Romo. “Karena Romo bisa membawa umat kepada Tuhan,” demikian Gerald menyampaikan alasannya.
Bersama dengan kakaknya, Maria Susana Loho, Gerald diasuh di PA Bunda Serayu yang sampai kini mengasuh 17 anak. Bila adiknya ingin menjadi imam, Maria bercita-cita menjadi suster. Cita-citanya ini mencuat karena keduanya terkesan dengan salah satu suster yang mengasuh di PA itu. “Orangnya baik, sabar, dan tidak mudah marah,” kata Maria.
Setidaknya dua dari anak-anak PA Bunda Serayu bercita-cita menjalani hidup panggilan khusus sebagai biarawan-biarawati. Suster-suster tarekat Jesus Maria Joseph (JMJ) yang mengasuh anak-anak di PA Bunda Serayu nampaknya cukup menjadi inspirasi bagi anak-anak. Mereka dengan tekun melatih hidup rohani anak-anak asuhnya sehingga dapat menumbuhkan panggilan pada diri anak-anak.
Di Kompleks Gereja
PA Bunda Serayu didirikan seturut mimpi Uskup Purwokerto, Mgr Julianus Sunarka SJ. Uskup kelahiran Minggir, Sleman, Yogyakarta, 25 Desember 1941 ini memimpikan agar di Keuskupan Purwokerto ada karya panti asuhan yang dikelola para suster, jadilah Mgr Sunarka mengundang suster-suster JMJ. Pada 6 Januari 2011, sejumlah suster JMJ bertemu dengan Mgr Sunarka. Dalam pertemuan itu, Bapak Uskup memaparkan mimpi dan kerinduannya ada panti asuhan. Gayung pun bersambut. Suster-suster JMJ menjawab ingin mewujudkan impian Mgr Sunarka.
Mereka lalu berembuk mengenai lokasi yang akan dijadikan tempat panti asuhan. Beberapa tempat dijajaki. Salah satunya rumah bekas Pastoran Gereja Paroki Maria Immakulata Banyumas di Jalan Karangsawah 507 Banyumas. Sebelum dijadikan pastoran, bangunan itu pernah digunakan sebagai biara suster-suster tarekat Putri Maria Yosef (PMY) yang sudah pindah ke dekat kompleks Gua Maria Kaliori. Akhirnya mereka pun memutuskan memilih rumah bekas pastoran itu menjadi PA Bumi Serayu.
Setelah persiapan selesai, pada Sabtu, 7 Mei 2011, Bunda Serayu diberkati dan diresmikan oleh Mgr Sunarka. Panti asuhan ini berada di bawah naungan Yayasan Wahyo Bawono yang dibentuk oleh Keuskupan Purwokerto. Karena lokasi panti tidak jauh dari Gereja Maria Immakulata Banyumas, maka kegiatan anak-anak PA Bunda Serayu banyak mengikuti pola kegiatan gereja.
Menurut pimpinan PA Bunda Serayu, Sr Theresa Yudayanti JMJ, anak-anak mengawali aktivitas harian dengan bangun pagi pukul 04.30. Kemudian mereka mengikuti Misa pagi pada pukul 05.00. Khusus hari Rabu dan Jumat, mereka bisa bangun agak siang karena Misa diadakan sore hari. Untuk mengembangkan iman, anak-anak asuh Bunda Serayu diikutkan dalam Sekolah Minggu di gereja. Selain itu, mereka juga diajak untuk mengikuti kegiatan ibadat lingkungan.
Akan Kembali
Anak-anak yang ditampung di PA Bunda Serayu kebanyakan masih memiliki keluarga. Mereka berasal dari berbagai tempat seperti Yogyakarta, Papua, Manado, Kepulauan Riau, Cilacap, Purwokerto, Jakarta, dan Tangerang. Rentang usianya berkisar antara usia anak balita hingga SMP. Tiga anak yang paling besar sedang menjalani pendidikan SMP, sedangkan lainnya masih di SD dan pra-sekolah atau balita.
Sebagai fasilitas, disediakan tiga kamar yang digunakan untuk tinggal anak-anak. Dua di antaranya untuk anak-anak perempuan dan balita. Untuk mengelola panti ini, Sr Theresa dibantu oleh Sr Albertin Palit JMJ dan empat pengasuh. Mereka tidak tinggal di panti karena hanya datang pada jam kerja.
Dalam pengelolaannya, PA Bunda Serayu tetap melibatkan keluarga anak-anak panti. Apabila musim liburan tiba, beberapa anak dijemput keluarga masing-masing untuk mengisi liburan bersama keluarga. “Kami menerapkan kebijakan supaya anak-anak tetap terhubung dengan orangtua atau keluarga mereka,” ungkap Sr Theresa.
PA Bunda Serayu serius menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama pelayanan kepada anak-anak. “Kalau kelak mereka berhasil, akan dikembalikan ke keluarga. Tidak mungkin ditangani terus. Keluarga tetap menjadi sesuatu yang berarti bagi perkembangan anak,” kata suster yang mulai berkarya di PA Bunda Serayu sejak 1 Desember 2014. Setelah itu, Sr Theresa menggantikan Sr Adolfien JMJ sebagai pimpinan PA Bunda Serayu per 1 Juni 2015.
Prioritas utama pelayanan PA Bunda Serayu juga tampak pada misi panti yang ingin mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai Citra Allah; membangun hidup beriman dan berkualitas. PA Bunda Serayu juga menjamin pembinaan mental spiritual anak atau menanamkan nilai-nilai iman dan kemanusiaan dalam diri anak; menampung dan mengasuh anak serta mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan masa dan kemampuannya. Panti juga ingin mendampingi anak secara menyeluruh dan terpadu dalam segala situasi dengan menjalin persatuan dan persaudaraan dalam keluarga panti yang harmonis.
Mengenal Teman
Anak-anak dari PA Bunda Serayu, Kamis 19 Juni 2015 lalu, mengikuti pentas seni bertajuk “Kita Semua Bersaudara” di Paschalis Hall, Purwokerto. Pementasan itu melibatkan sejumlah panti asuhan yang berlatarbelakang aneka agama yang berada di Purwokerto, Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara dan sekitarnya. Setiap panti mendapat kesempatan unjuk kebolehan mereka. Ada yang menyanyi, menari, dan bermain drama. Keseluruhan sajian terangkai menjadi satu kesatuan cerita tentang persaudaraan.
Menurut Sr Theresa, keterlibatan PA Bunda Serayu dalam pementasan ini merupakan pengalaman pertama bagi anak asuh Bunda Serayu. Awalnya mereka berlatih secara mandiri. Setelah itu, mereka harus mengikuti latihan gabungan. “Saat pertama kali ikut latihan gabungan, anak-anak PA Bunda Serayu sempat down karena penampilan dari panti asuhan lain bagus-bagus. Tetapi syukur lah pada akhirnya mereka bisa tampil dengan baik,” kata Sr Theresa.
Dalam pementasan, Maria, Gerald dan enam anak PA Bunda Serayu lainnya menyumbangkan lagu berjudul “Lagu Seorang Anak”. Lagu ini menceritakan tentang seorang anak yang sedang berdoa untuk orangtuanya agar mereka selalu diberi kesehatan.
Setelah pentas, Maria mengaku lega. Semula ia dan teman-temannya sempat was-was. “Kami paling kecil. Yang lainnya anak-anak SMA,” ungkapnya. Mereka senang bisa ikut dalam pentas itu, Maria dan teman-temannya juga mendapat teman baru. Mereka berdua mengingat dengan baik nama-nama teman barunya itu.
Sutriyono