HIDUPKATOLIK.com – Ia merancang beberapa bangunan serta tempat doa. Ia kerap memasukkan unsur budaya lokal dalam bangunan yang dirancang. Seorang arsitek mesti memiliki cirri khas dan berkarakter.
Nur Jahja Gozali tengah asyik duduk di samping seorang karyawan di Studio Arsitektur dan Interior Griyacipta Optima, Taman Semanan Indah, Jakarta Barat. Hampir setiap hari, di studio inilah Jahja menghabiskan waktu. Sesekali, ia beranjak dari studio menuju Universitas Pelita Harapan di bilangan Karawaci, Tangerang, Banten. Ia berbagi ilmu rancang bangun serta mendampingi mahasiswa menyusun skripsi.
Sudah lebih dari 15 tahun, umat Paroki St Matias Rasul Kosambi Baru, Jakarta Barat ini bergelut di dalam studio yang ia bangun di rumahnya sendiri. Kini, Jahja mengkaryakan tujuh orang. Semua karyawan berlatar belakang pendidikan sekolah menengah atas. Bagi Jahja, lebih baik mengajari orang yang tak tahu apapun tentang ilmu arsitektur daripada mengajari para sarjana arsitektur. “Kalau sudah sarjana susah diajari, karena merasa sudah pintar,” kata pria kelahiran 27 Maret 1958 ini sembari tersenyum.
Totem Paku
Kini, lulusan Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Trisakti Jakarta ini tengah terlibat dalam perancangan gereja di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Ia belum bersedia membeberkan secara detil, lantaran masih dalam bentuk konsep. Tapi, segera ia meminta seorang karyawannya untuk menunjukkan konsep konstruksi sementara gereja tersebut yang tersimpan dalam komputer.
Jahja mengatakan, rancang bangun gereja ini tak rumit. Ia memasukkan unsur budaya lokal dalam rancangan bangunan gereja tersebut. Bagian atap gereja dirancang menyerupai rumah adat Sumba, Uma Bokulu atau Uma Mbatangu. Atap rumah adat Sumba memang dibangun dengan kayu-kayu kokoh yang menjulang tinggi, yang diyakini sebagai pintu bagi roh-roh nenek moyang agar bisa memasuki rumah serta memberikan berkat kepada keturunannya. “Cerita lengkapnya nanti saja ya, kalau gedung gereja sudah jadi,” ujar ayah satu anak ini diiringi tawa.
Sebelum terlibat dalam perancangan gereja di Sumba, Jahja didaulat menjadi arsitek Taman Doa Jalan Salib di Gereja St Matias Rasul Kosambi Baru. Taman Doa Jalan Salib ini unik, lantaran memasukkan unsur budaya lokal Indonesia. Stasi-stasi Jalan Salib dibangun menyerupai totem, tugu peringatan untuk berdoa, seperti yang kerap ditemui dalam masyarakat Dayak dan Papua. Penggunaan simbol totem merupakan ide Jahja yang kemudian disetujui Dewan Paroki Kosambi Baru. Namun, totem tersebut, ia kreasi hingga berbentuk paku, sebagai simbol penderitaan Yesus di kayu salib. “Bentuk stasi Jalan Salib ini memang sengaja dibuat seperti paku, dengan relief kisah sengsara Yesus, yang menancap berdiri di sebidang tanah. Paku ini melambangkan penderitaan Yesus yang tersalib di Golgota,” tandas pria yang sedari usia enam tahun telah gemar melukis ini.
Pembangunan Taman Doa Jalan Salib resmi mulai dijalankan Jahja pada Desember 2013. Tugas Jahja sebagai arsitek, selain membuat rancangan, ia juga mengawasi, serta mengontrol pelaksanaan di lapangan. Sementara, untuk pembuatan totem paku yang berelief kisah sengsara Yesus, ia dibantu pematung dari Yogyakarta. Totem-totem paku ini berbahan alumunium cor.
Semula Taman Doa Jalan Salib ini ingin dibangun sederhana mengelilingi bangunan gereja. Tapi karena khawatir mengganggu sirkulasi kendaraan umat, maka Jahja berinisiatif menyatukan Taman Doa Jalan Salib dengan bangunan gereja. Taman Doa Jalan Salib pun dibangun di bagian belakang gereja.
Selain totem paku berelief kisah sengsara Yesus, Jahja menambahkan simbol mahkota duri dalam Taman Doa Jalan Salib ini. Simbol mahkota duri ini dikreasi sebagai pola lantai yang mengelilingi totem paku. Warna dasar lantai yang abu-abu menyiratkan kedukaan dalam penderitaan bersama Jalan Salib Yesus.
Selama lebih dari satu tahun, suami Kartika Priyatna ini menyelesaikan Taman Doa Jalan Salib. Kini, Taman Doa Jalan Salib telah digunakan umat setelah di resmikan Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo pada November tahun lalu.
Ciri Khas
Setelah menyelesaikan Taman Doa Jalan Salib di Gereja St Matias Rasul Kosambi Baru, Jahja kembali didapuk merancang interior ruang Adorasi di gereja yang sama. Selain menata interior, Jahja juga merancang tata cahaya di ruang tersebut.
Merancang gereja di Sumba, Taman Doa Jalan Salib, serta ruang Adorasi, bukanlah karya pertamanya. Sebelumnya, ia pernah dipercaya me rancang beberapa bangunan, seperti Katedral Kristus Raja Jayapura, Papua, beserta pastoran, Gedung Pusat Pemuda Katolik, Wisma Guru dan Asrama Putri St Nicolaus Manado, Sulawesi Utara. Selain itu, Jahja juga kerap terlibat dalam merancang bangun gedung-gedung milik pemerintah, apartemen, vila, hotel, serta yang lain.
Dalam setiap karya arsitekturnya, Jahja selalu menekankan nilai tepat guna dan kerapian tata letak bangunan. Ia juga mengatakan bahwa seorang arsitek harus memiliki karakter yang khas. “Setiap arsitek harus memiliki ciri khas, ciri yang membedakan dengan karya arsitek lain. Dan itu tidak dibuat-buat, mengalir lewat keunikan imajinasi dan filosofi sang arsitek ketika merancang bangunan.”
Nur Jahja Gozali
TTL : Jakarta, 27 Maret 1958
Istri : Kartika Priyatna
Anak : Elliane
Pendidikan:
• SD Muda Taruna Jakarta
• SMP Kristen 1 Jakarta
• SMA Kristen 2 Jakarta
• Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Trisakti Jakarta
• Project Management Program Universitas Indonesia Jakarta
• Master of Engineering-Urban Development Universitas Tarumanegara Jakarta
Pekerjaan:
• Arsitek Proyek-Kepala Divisi Design PT Antargo Tataguna Jakarta (1984-1989)
• Dosen Arsitektur Universitas Trisakti Jakarta (1986-1990)
• Arsitek Proyek-Manajer Proyek PT Tri tunggal Kania Utama Jakarta (1990-1995)
• Manajer Proyek-Manajer Umum Petanindo Prakarsa Pratama Jakarta (1995-2000)
• Direktur Proyek-Griyacipta Optima Jakarta (2000-2015)
• Dosen Arsitektur Universitas Pelita Harapan (2007-sekarang)
Karya:
• Victorian Town House Jakarta
• Bali Hai Cottage
• Kejaksaan Negeri Depok, Jawa Barat
• Villa at Buka Negara Bandung, Jawa Barat
• Master Plan PT Bintang Indokarya Gemilang Brebes, Jawa Tengah
• Apartement at Pantai Mutiara Jakarta
• Residence at Sunter Podomoro Jakarta
Takas Tua