HIDUPKATOLIK.com – Ibu Lidia yang baik, adik ipar saya, laki-laki berusia 30 tahun, punya sejumlah kebiasaan aneh yang dilakukan sejak kecil, tapi akhir-akhir ini semakin parah. Ipar saya jarang bicara, amat pemalu, dan tak suka bergaul. Ia senang diam di rumah, atau mengurung diri di kamar. Ia amat menjaga kerapian dan kebersihan dalam segala, terutama pakaian, meja kerja, dan tempat tidurnya.
Ia selalu curiga ada kuman di badannya, sehingga sering mandi berulang-ulang, bisa empat sampai enam kali sehari. Belum lagi kalau mau makan, cuci tangannya bisa 15 menit. Sampai-sampai wastafel dan sabunnya pun ia cuci berulang-ulang. Ia selalu menyetrika kembali pakaian yang akan dipakainya, walaupun sudah licin disetrika pembantu.
Baju yang habis dipakai selalu ia lipat kembali dengan hati-hati, hanya untuk diletakkan di keranjang cucian. Sering ketika sudah siap kerja, tiba-tiba ia balik lagi ke dalam rumah untuk cuci tangan. Tak pelak, membuat orang di rumah risih. Seringkali, karena jengkel dan tak sabar, kakaknya (istri saya) membentak dan memarahinya. Apakah ada kelainan dalam diri adik ipar saya? Bagaimana cara menyembuhkannya?
Yosef Bernadinus, Lampung
Halo Pak Yosef, salah satu tanda apakah seseorang mengalami kelainan atau tidak adalah jika perilakunya sudah mulai menganggu fungsi keseharian dirinya dan lingkungan. Membaca bahwa adik ipar Bapak tak nyaman jika tak melakukan hal-hal yang Bapak sebutkan, dan ia merasa ada keharusan untuk melakukan hal itu tanpa memikirkan lagi dampaknya terhadap orang lain. Perbuatan itu dilakukan berulang, maka dalam psikologi, saya menengarai adanya kecenderungan gangguan yang disebut obsesif kompulsif.
Adik ipar Bapak cemas jika tak melakukan hal-hal yang ingin ia lakukan, menghindar atau meningkatkan kewaspadaan, dalam hal ini ada kuman-kuman yang akan mencelakakan dirinya sehingga perlu membersihkan diri berkali-kali. Ia tak lagi memikirkan apakah perilakunya akan membuatnya dipermalukan dan mengganggu orang lain.
Gejala ini bisa muncul karena adanya suatu kejadian bermakna yang mendahului, misal, ketika seseorang yang pernah melakukan perbuatan tertentu lalu merasa berdosa, dan perlu membersihkan dirinya terus menerus. Atau kedua, memang sudah menjadi ciri khas kepribadiannya (sejak kecil atau remaja selalu ingin rapi, perfeksionistik, cenderung kaku, sulit berubah, ingin menempatkan barang-barang dengan susunan teratur, dan terganggu kalau susunannya berubah), dan kerentanannya terus berkembang sampai dewasa.
Ia juga sulit mempercayai orang lain, sehingga perlu melakukannya sendiri – seperti mengulang menyeterika baju yang sudah licin disetrika pembantu. Dalam kasus adik ipar Bapak, disebutkan bahwa kebiasaan aneh ini sudah ia lakukan sejak kecil, dan lalu semakin menguat sampai ia berusia 30 tahun. Mungkin perlu waktu lebih lama untuk mengatasi permasalahan ini.
Melihat gejala ini berlangsung cukup lama maka saya menyarankan Bapak mengajak adik ipar Bapak untuk bertemu dengan psikolog atau psikiater. Psikolog umumnya akan memberikan sejumlah latihan agar kebiasaan berulang ini bisa dikurangi dalam serangkaian sesi pertemuan. Jika tak menolong, psikiater dapat membantu memberikan pengobatan medis, namun hal ini hanya akan dilakukan jika adik ipar Bapak sudah tak bisa mengupayakan perbaikan sendiri.
Saya berkeyakinan, keadaan ini bisa dikurangi mengingat adik ipar Bapak masih sanggup bekerja. Tentu semakin cepat bantuan diberikan, diharapkan gejala-gejala yang dimunculkan adik ipar Bapak dapat lebih cepat teratasi. Selain itu, kepedulian yang sudah Bapak tunjukkan, dan dukungan yang diberikan keluarga juga akan sangat membantu. Semoga permasalahan adik ipar Bapak dapat tertangani dengan baik.
Benedicta Lidia L. Hidajat
Umumnya terapi obat tidak banyak membantu dlm kelainan obsesi-kompulsi. Terapi desensitisasi oleh psikolog lebih berguna. Acara TV Oprah Winfrey bebrp kali menayangkan cara terapi tsb kalau tidak salah ingat… Mudahnya: psikolog membantu melawan impuls2 tsb. dengan setengah dipaksa.