web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Perayaan Keberagaman Bagi Kaum Muda

Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Indonesia menjadi tuan rumah Pertemuan Orang Muda Katolik se-Asia. Tahun ini juga hubungan diplomatik Indonesia-Vatikan berusia 70 tahun, dan FABC berumur 45 tahun.

Tahun ini amat spesial bagi Gereja Katolik di Indonesia. Pada 6 Juli lalu, hubungan diplomatik antara Indonesia-Vatikan berusia 70 tahun. Vatikan adalah salah satu negara Eropa pertama yang mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia. Pengakuan itu ditandai dengan pembukaan Delegasi Apostolik di Jakarta. Uskup Agung Tituler Misthia, Mgr Georges-Marie-Joseph-Hubert-Ghislain de Jonghe d’Ardoye MEP ditunjuk Paus Pius XII sebagai Delegatus Apostolik untuk Indonesia.

Pada tahun ini juga, Federasi Konferensi Para Uskup se-Asia (Federation of Asian Bishops Conference/FABC) berusia 45 tahun. Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sejak awal bergabung dalam kolegialitas para gembala di Asia ini. Bahkan, Kardinal pertama Indonesia, Justinus Darmojuwono (1914-1994) ikut membidani kelahiran FABC.

Di antara dua momen bersejarah itu, Gereja Katolik di Indonesia menjadi tuan rumah Pertemuan Orang Muda Katolik se- Asia (Asian Youth Day/AYD) ke-7, pada 30 Juli-6 Agustus 2017. AYD merupakan gagasan Komisi Keluarga dan Komisi Kerasulan Awam bagian Kepemudaaan FABC. “Akan hadir 1500 Orang Muda Katolik dari 29 negara di Asia, bersama 1000 Orang Muda Katolik dari Indonesia (di Yogyakarta,Red),” ujar Ketua Komisi Kepemudaan (Komkep) KWI Mgr Pius Riana Prapdi, saat konferensi pers, beberapa waktu lalu.

Peserta Berdiaspora
Komkep KWI dan Keuskupan Agung Semarang (KAS) menjadi penanggung jawab perhelatan akbar itu. KAS terpilih lantaran Kevikepan Yogyakarta, bagian dari wilayah Gerejani KAS, menjadi muara kegiatan usai para peserta AYD berdiaspora di sebelas Keuskupan.

Yogyakarta dilirik sebagai “panggung” utama kegiatan, menurut Mgr Riana, lantaran menampakkan keanekaragaman di Indonesia. Daerah Istimewa di Indonesia itu, lanjutnya, juga berjuluk “Kota Pelajar”, yang menjadi destinasi orang muda dari berbagai daerah dengan latar belakang budaya yang beragam. “Sesuai tema AYD yang mengusung multikultural. Yogyakarta sebagai miniatur Indonesia yang multikultur,” tandas Uskup Ketapang ini.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Para peserta AYD akan mencicipi kebhinnekaan budaya di Indonesia, selama tiga hingga empat hari berada di sejumlah Keuskupan. Misal, di Keuskupan Bogor dan Bandung, mereka akan memperkenalkan budaya Sunda. Keuskupan Agung Pontianak dengan budaya Dayak nan kental, atau Keuskupan Denpasar lewat adat Bali.

Keuskupan Agung Palembang bahkan sudah buka kartu untuk menyambut tamu. Mereka akan memperkenalkan pempek, makanan khas di sana. Mereka juga akan memanjakan mata sekaligus memperkenalkan sejarah Palembang sebagai pusat kerajaan bahari Buddha terbesar di Asia Tenggara. Para peserta akan dibawa ke Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya.

Keuskupan Agung Makassar (KAMS) pun punya cara unik “menjamu” para tamunya. Ketua Komkep KAMS, Romo Bernard Cakra Arung Raya membeberkan, mereka akan membawa peserta untuk melihat upacara kematian orang Toraja, yaitu Rambu Solo’ dan Rambu Tuka’. KAMS, lanjut Romo Cakra, juga akan memperkenalkan budaya Bugis.

Seluruh peserta yang “terserak” di berbagai keuskupan akan berkumpul di Jogja Expo Centre. Di tempat itu, akan berlangsung upacara pembukaan AYD dan beragam kegiatan, seperti berbagi pengalaman iman, refleksi, festival, devosi, dan Sakramen Tobat. Sementara untuk acara pamungkas, menurut Romo Letkol (Sus) Yoseph Maria Marcelinus Bintoro, rencananya akan berlangsung di Lapangan Dirgantara Adisutjipto, Yogyakarta.

Tempat itu amat monumental bagi umat Katolik. Pada 10 Oktober1989, Paus Yohanes Paulus II merayakan Misa di sana. Sebelum kembali ke Vatikan, Bapa Suci mengatakan, “Tidak ada negara yang begitu toleran seperti Indonesia di muka bumi”.

Nama lapangan itu juga berasal dari nama pahlawan nasional, Marsekal Muda (Anumerta) Agustinus Adisoetjipto. Pria beragama Katolik, kelahiran Salatiga, Jawa Tengah itu gugur pada usia 30 tahun, ketika pesawatnya yang membawa obat-obatan ditembak Belanda.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Sambut AYD
Tiap Keuskupan punya cara menyambut sekaligus mempromosikan AYD kepada umat. KAS, misalkan, mengadakan Kirab Salib. Mereka mengarak salib AYD ke-7 ke tiap paroki di empat kevikepan, KAS; mulai dari paroki-paroki di Kevikepan Kedu, Semarang, Surakarta, hingga Yogyakarta.

Ketua Komisi Kepemudaan Kevikepan Yogyakarta, Romo Tri Wahyu Widiantoro mengungkapkan, Kirab Salib bertujuan agar tercipta koordinasi berjenjang antar orang muda tiap paroki. Sejak 2016 hingga awal 2017, panitia lokal maupun keuskupan-keuskupan yang menjadi tuan rumah live in, menjaring dan membekali para relawan.

Membuat acara tanpa suntikan dana merupakan suatu kemustahilan. Karena itu, KAMS dan keuskupan-keuskupan lain juga mengadakan acara penggalangan dana. Usaha meraup dana tiap keuskupan punya model variatif, seperti makan malam dan lelang, konser musik dan tarian, atau lomba lari seperti yang dibuat oleh Keuskupan Agung Jakarta dan KAS.

Geliat menyambut AYD juga tampak dari aneka kegiatan yang diadakan tiap keuskupan, Komkep KWI, dan panitia lokal AYD, antara lain seminar serta talkshow, lomba menulis surat untuk sahabat, fotografi, dan theme song AYD. Berbagai kegiatan itu tersimpul dalam dua unsur AYD, yaitu kegembiraan dan keberagaman.

Penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah muncul pada pengujung perayaan Ekaristi AYD ke-6 di Keuskupan Daejeon, Korea Selatan, tiga tahun silam. Misa saat itu dipimpin Paus Fransiskus. Komisi Kepemudaan FABC, Mgr Joel Z. Baylon yang mengumumkan soal penetapan itu.

Ajang AYD tak bisa dilepaskan dari Pertemuan Orang Muda Katolik se-Dunia (World Youth Day). Ketika WYD perdana digelar di Roma, peserta dari Asia mulai berpikir untuk membuat kegiatan serupa di lingkup regional. Pada 1999, AYD pertama digelar di Keuskupan Hua Hin, Thailand. Acara itu juga memantik Gereja Katolik di Indonesia untuk membuat kegiatan sejenis, maka lahirlah Indonesian Youth Day di Keuskupan Sanggau (2012), Keuskupan Mando (2016), dan Keuskupan Agung Palembang (2022).

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Paus Fransiskus
Asian Youth Day 2014, Korea Selatan

“Asian Youth! Wake up! You have a responsibility and a duty to be vigilant, not to allow the pressures, the temptations and the sins of ourselves or others to dull our sensitivity to the beauty of holiness, to the joy of the Gospel.”

Paus Benediktus XVI
World Youth Day 2011, Madrid-Spanyol

“Dear young people, the Church depends on you! She needs your lively faith, your creative charity and the energy of your hope. Your presence renews, rejuvenates and gives new energy to the Church. That is why World Youth Days are a grace, not only for you, but for the entire People of God.”

Paus Yohanes Paulus II
World Youth Day 1993, Denver, Amerika

“Do not be afraid to go out on the streets and into public places like the first apostles who preached Christ and the Good News of salvation in the squares of cities. This is no time to be ashamed of the Gospel. It is time to preach it from the rooftops.”

Kardinal Julius Riyadi Darmaatmadja SJ

“AYD adalah momen di mana Allah secara khusus memanggil orang muda untuk bergerak. Sesuai tema, orang muda hendaknya mesti menjadi sukacita Injil dan kegembiraan dalam keberagaman. Kebhinnekaan perlu kita bangun dan perkokoh. Maka, saat kembali ke tempat asal, orang muda mesti memperkokoh keberagaman dan memperkuat persaudaraan dengan yang berbeda dalam keragaman.”

Yanuari Marwanto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles