HIDUPKATOLIK.com – Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA) memiliki daya tarik baru: patung Maria Assumpta setinggi 29,6 meter. Pusat doa tetap Gua Maria Lourdes.
Memasuki kompleks peziarahan Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA), mata kita akan terpukau oleh sebuah patung yang menjulang ke angkasa. Itulah patung Maria Assumpta, Maria Diangkat ke Surga yang menyambut setiap peziarah.
Patung Maria Assumpta itu diresmikan Uskup Agung Semarang, Mgr Johannes Pujasumarta, 15 Agustus 2015, bertepatan dengan hari raya St Maria Diangkat ke Surga dan perayaan ulang tahun GMKA ke 61. Patung yang tingginya 29,6 meter itu akan menjadi ikon dan daya tarik baru bagi setiap peziarah yang datang ke GMKA. Menurut sekretaris tim pengelola GMKA, F. Satrijanto, ide pembuatan patung Maria Assumpta lahir dari umat Paroki St Yusuf Ambarawa. Seorang pekerja seni yakni R.A Nugroho Adi Prabowo dan keluarga ingin memberikan suatu persembahan bagi GMKA.
Hari ulang tahun GMKA yang bertepatan dengan hari raya St Perawan Maria Diangkat ke Surga, menginspirasi Adi untuk membuat patung Maria Assumpta. Konsep patung itu ingin menggambarkan Maria yang benar-benar melayang ke angkasa diangkat menuju ke surga.
Pihak GMKA dan Mgr Puja menyambut baik ide Adi dan keluarga. “Ini semua murni persembahan Adi dan keluarga. Kami, tim pengelola GMKA, hanya mengatur dan berunding soal tempat patung itu diletakkan dan membantu saat acara peresmian,” kata Satrijanto yang ditemui di Kantor Pelayanan Pastoral KAS, Jalan Imam Bonjol, Semarang, Jumat, 24/7.
Patung Maria Assumpta yang berpakaian dominan warna putih dan biru langit itu bukanlah tempat doa baru. Ketua tim pengelola GMKA, R.C. Yunarto Kristantoro menjelaskan, para peziarah tetap berdoa di patung Maria Lourdes di kompleks GMKA. “Patung Maria Assumpta hanya ikon dan bukan tempat untuk berdoa. Untuk itu, kami tidak menempatkannya di satu area dengan Patung Maria Lourdes. Fungsi kedua patung Maria ini jelas berbeda,” kata Yunarto.
Awal Berdiri
GMKA diberkati pada hari raya St Perawan Maria Diangkat ke Surga, 15 Agustus 1954, oleh Uskup Agung Semarang, Mgr Albertus Soegijapranata SJ. Dalam perjalanannya, GMKA melakukan beberapa kali pengembangan (Lihat Boks: GMKA dari Masa ke Masa).
GMKA yang beralamat di jalan Tentara Pelajar, Kerep, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah ini telah dilengkapi dengan bermacam fasilitas. Saat ini, sudah ada fasilitas doa seperti Jalan Salib, tempat Perayaan Ekaristi, kapel Adorasi Abadi, pastoran, taman doa, dan gua Maria. Selain untuk berdoa, ada pula fasilitas seperti ruang rapat dan rekoleksi, gedung serbaguna, rumah kaca, gazebo, area parkir, ruang istirahat, pujasera, kios devosi dan suvenir. Kompleks peziarahan seluas kurang lebih lima hektare itu juga memiliki camping ground dan tentu ruang informasi atau sekretariat GMKA.
Lokasi GMKA cukup strategis, tidak jauh dari jalan raya Semarang-Magelang. GMKA berjarak 900 meter dari jalan raya. Sebelum memasuki jalan Tentara Pelajar, peziarah akan menemukan gereja Paroki St Yusuf, Ambarawa, atau yang dikenal dengan sebutan Gereja Ayam Jago.
Kompleks ini memiliki dua bagian yaitu area GMKA dan area parkir. Letak area GMKA dan parkir hanya berhadaphadapan. Pada area parkir terdapat pujasera yang menjual makanan, kios devosi & souvenir, dan tempat berdirinya patung Maria Assumpta. Di samping pujasera terdapat lahan untuk parkir sepeda motor. Sedangkan di belakang patung Maria Assumpta terdapat camping ground, tempat anak sekolah dan kaum muda berkemah. Rumah kaca disediakan sebagai tempat rapat, rekoleksi, pendalaman iman, dan pertemuan.
Setelah puas melihat dan berfoto-ria di depan patung Maria Assumpta, peziarah tinggal menyeberang dan memasuki area doa GMKA. Di sinilah pusat dari devosi kepada Bunda Maria Lourdes di GMKA.
Taman Doa
Berjalan memasuki area GMKA peziarah akan disambut dengan kalimat “Per Mariam Ad Jesum”,tertulis di atas gerbang pintu masuk utama. Beberapa meter dari sana, persisnya di sebelah kanan terdapat dua bangunan yaitu sekretariat dan pastoran GMKA yang saling bersebelahan. Di lantai dua sekretariat GMKA terdapat ruang rapat dan rekoleksi. Tidak jauh dari sekretariat, terdapat jalan salib pendek. Stasi-stasi jalan salib berjarak sekitar 10 meter.
Di belakang sekretariat dan pastoran, terdapat kompleks makam keluarga RA Maria Soelastri Soejadi Sasraningrat, pendiri Wanita Katolik Republik Indonesia. Sementara di depan sekretariat, tersedia ruang serba guna yang biasa dipakai untuk perayaan Ekaristi bagi rombongan peziarah.
Di tengah kompleks GMKA terdapat Gua Maria, sebagai tempat berdoa dan mengikuti perayaan Ekaristi. Mimbar Misa ditempatkan di sebelah kiri gua Maria.
Di dalam gua Maria terdapat patung Maria Lourdes. Peziarah bisa menyalakan lilin dan meletakkan bunga di depan Maria. Disediakan bangku-bangku kecil bagi peziarah yang ingin berdoa di gua. Di sebelah kanan Gua Maria, ada anak tangga menuju kapel adorasi abadi.
Di bagian belakang GMKA terdapat gazebo, tempat para peziarah beristirahat. Dari tempat itu, peziarah bisa memandang taman rumput yang hijau sebagai “taman doa”. Di taman doa itu, peziarah diajak merenungkan peristiwa seputar kehidupan Yesus. Ada Sungai Yordan, tempat Yesus dipermandikan oleh Yohanes Pembabtis; Perkawinan Kana, peristiwa Yesus mengubah air menjadi anggur; dan padang rumput yang luas tempat Yesus menggandakan lima roti dan dua ikan. Masih ada lagi danau Galilea yang menggambarkan ketika Yesus memanggil para muridnya; dan taman makam tempat Yesus dimakamkan.
Lintas Agama
Setelah menjadi tempat peziarahan lebih dari setengah abad, GMKA tak pernah sepi pengunjung. Setiap hari, dari pagi hingga malam, GMKA dibanjiri peziarah. Tak hanya pada bulan Maria seperti Mei dan Oktober di luar kedua bulan itu peziarah tetap datang tiada henti. Berbagai doa dan harapan didaraskan. Ada yang pergi ke GMKA mengucap syukur atas terkabulnya permohonan atau ada pula yang datang hanya sekadar mencari ketenangan batin.
GMKA tidak hanya dikunjungi oleh umat Katolik. Kerapkali terlihat pemeluk agama dan kepercayaan lain pun datang ke sana. “Tim pengelola GMKA menyambut positif jika ada warga non-Katolik yang berkunjung. Bahkan yang datang untuk camping, pakai gedung pertemuan, dan lain-lain terbuka bagi mereka yang non-Katolik. Kami tidak menentukan tarif, semuanya sukarela,” kata Yunarto.
Menurut salah satu pengunjung non-Katolik, Hanif, GMKA sangat bagus. Bersama keluarga dari Salatiga, Hanif datang mengunjungi GMKA. Awalnya, ia tidak mengetahui tempat apa itu GMKA. Setelah melihat gambar, Hanif pun penasaran dan memutuskan datang. “Di sini pemandangannya bagus. Ke sini niatnya hanya rekreasi bersama keluarga, pas juga dengan liburan anak sekolah,” kata Hanif.
Selain pengunjung, para penjual yang menjajakan aneka makanan di pujasura kebanyakan juga warga non-Katolik. Misalnya, Nunik Handayani, yang sudah 13 tahun berjualan makanan di GMKA. Setelah pindah ke pujasera selama setahun, Nunik menempati kios no 12. Makanan yang dijajakan antara lain nasi pecel, nasi soto, dan es campur. “Setiap Sabtu-Minggu dan tanggal merah pasti ramai, penghasilan bertambah. Dari bejualan di GMKA, saya bisa menyekolahkan anak dan renovasi rumah. Kebijakan dari tim pengelola juga meringankan, kami tidak perlu membayar sewa tempat. Kami hanya bayar uang listrik, gas, dan kebersihan,” kata Nunik, yang juga Ketua Paguyuban Pujasera GMKA.
Aprianita Ganadi