HIDUPKATOLIK.com – Bermula pada 1954 dan surat gembala Sri Paus Pius XII tentang penetapan tahun Maria. Kala itu, Gereja mengenang 100 tahun dogma “Maria Terkandung Tanpa Noda”. Menindaklanjuti itu, pastor Paroki St Yusuf Ambarawa, Romo J. Reijnders, menghimbau umat untuk menyelenggarakan perayaan penghormatan kepada Bunda Maria. Kemudian Romo Bernardus Soemarmo SJ diminta untuk membuat sebuah gua tempat devosi kepada Bunda Maria.
Gua mulai didirikan di atas tanah biara Konggregasi Bruder Apostolik. Tanah ini merupakan pemberian dari seorang warga negara Belanda yang menjadi petugas pengelola perkebunan Belanda di Ambarawa dan sekitarnya. Tanah inilah yang menjadi kompleks Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA).
Pendirian GMKA melibatkan siswa-siswi sekolah guru yang tinggal di Asrama Bruderan dan Susteran Ambarawa. Mereka dikerahkan untuk mengumpulkan batu dari sungai Panjang. Kepala asrama saat itu, Bruder FX. Woerjoatmodjo SJ, memimpin anak-anak mengangkut batu dari Sungai Panjang ke tempat pembuatan gua Maria.
Setelah hampir setahun, pada Minggu, 15 Agustus 1954 GMKA diberkati dan diresmikan oleh Uskup Agung Semarang Mgr A. Soegijapranata SJ dengan air suci dari Lourdes. Patung Maria dengan model Lourdes yang tanpa mahkota di kepalanya, ditakhtakan dalam gua. Sejak semula GMKA dibuat menyerupai Gua Maria di Lourdes.
Gua buatan dengan memakai tumpukan batu kali direkat dengan semen, pasir dan kapur. Gua menghadap ke Timur dan dinaungi oleh pepohonan tinggi dan rindang.
GMKA, Dulu dan Sekarang
Pada 1981, GMKA direnovasi untuk pertama kalinya. Keluarga Lo Thian Siang dari Paroki Juwana, Pati, Jawa Tengah yang menjadi penanggung jawab renovasi. Hal itu sebagai ungkapan syukur keluarga Lo atas kesembuhan istrinya dari kelumpuhan pasca ziarah ke Lourdes.
Bentuk gua Maria diperindah dan dibuat semakin menyerupai gua Maria di Lourdes. Batu-batu alam yang diambil dari sungai Panjang tetap dipertahankan, tetapi ditutup dengan batu buatan. Setelah renovasi selesai, pada 4 Oktober 1981, Kardinal Justinus Darmoyuwono memberkati GMKA. Pada saat itu, sebuah prasasti dengan tulisan “Di sini, Karunia Allah Mengalir Dengan Perantaraan Bunda Maria,” dipasang di sebelah kanan altar gua.
Pada 1992, untuk memperluas cakupan kegiatan pengurus GMKA, nama panitia pengembangan diubah menjadi Tim Pengelola GMKA Keuskupan Agung Semarang. Pada tahun yang sama, diadakan pengembangan dan penataan kembali GMKA meliputi pembangunan jalan salib pendek, sekretariat, aula, dan sarana pendukung lain dengan dibantu oleh Tim Fakultas Teknik Unika Soegijapranata. Setelah selesai, pada 15 Agustus 1994, bertepatan dengan hari raya St Perawan Maria diangkat ke Surga, GMKA diberkati oleh Mgr Julius Darmaatmadja SJ. Semua biaya untuk pembangunan bersumber dari sumbangan para dermawan dan hasil persembahan kolekte misa.
Kini, GMKA memiliki sosok ikon baru yakni patung Maria Assumpta setinggi 29, 6 meter. Patung yang dibuat sejak 2014 ini diresmikan 15 Agus tus 2015. Diharapkan GMKA menjadi oase rohani masyarakat.
Selain fasilitas rohani, GMKA juga memiliki fungsi kegiatan kemasyarakatan seperti pengobatan gratis untuk umum, donor darah, khitananan massal. Masih ada lagi kegiatan GMKA yakni membina pedagang yang berada di sekitar kompleks peziarahan itu.
Edward Wirawan