HIDUPKATOLIK.com – Apakah Sakramen Pengurapan Orang Sakit boleh dan bisa digunakan untuk menyembuhkan orang yang kerasukan? Bisakah juga digunakan untuk mematahkan kuasa black magic?
NN, Malang
Pertama, semua dan setiap Sakramen mengalir dari Yesus Kristus dan menghadirkan Dia dengan kuasa penyelamatan-Nya. Dalam karya-Nya di Israel, Yesus mewartakan Kerajaan Allah dan menyembuhkan banyak penyakit dan kelemahan. “Yesus berkeliling ke semua kota dan desa, mengajar di rumah-rumah ibadat mereka, memaklumkan Injil Kerajaan Allah, dan menyembuhkan setiap penyakit dan kelemahan” (Mat 9:35; bdk. 4:23).
Penyembuhan-penyembuhan itu menjadi tanda bahwa Kerajaan Allah sudah datang dan bahwa Allah menang dan merajai orang-orang yang menerima pewartaan-Nya (bdk. Luk 7:20-23). Penyembuhan menjadi tanda kemenangan Allah atas setiap kejahatan dan menjadi simbol pemulihan kesehatan dari seluruh pribadi manusia, badan, jiwa dan rohnya. Penyembuhan itu mencakup bukan hanya sakit fisik atau psikis (kelemahan) tetapi juga sakit rohani seperti halnya orang yang kerasukan. Penyembuhan menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kuasa penyelamatan, termasuk mengampuni dosa (bdk. Mrk 2:1-12). Hal ini nampak dalam penyembuhan orang lumpuh di kolam Betesda (bdk. Yoh 5:2-9,19-21) dan penyembuhan orang yang lahir buta (bdk. Yoh 9).
Kedua, Yesus tidak melakukan pewartaan dan pelayanan sendirian, tetapi mengikutsertakan para murid-Nya. Ketika mengutus para Rasul-Nya, Yesus juga memberi mereka kuasa penyelamatan. “Pada suatu hari Yesus memanggil keduabelas murid-Nya dan memberi mereka kuasa untuk mengusir roh-roh jahat dan melenyapkan segala penyakit serta segala kelemahan” (Mat 9:1). Yesus juga menjanjikan bahwa pewartaan Injil akan disertai dengan perwujudan kuasa penyelamatan di tengah-tengah mereka: “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, … mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit dan orang itu akan sembuh.” (Mrk 16: 17-18).
Ketiga, pelayanan para Rasul ini dilanjutkan para imam, yang karena Sakramen Imamat diserupakan dengan Kristus dan diberi kuasa suci. Maka, imam yang bertindak sebagai wakil Kristus (Lat: in persona Christi) dengan kuasa sucinya dan melalui Sakramen-sakramen, melanjutkan pelayanan penyembuhan dan pengusiran setan.
Jadi, Sakramen Pengurapan Orang Sakit berdaya guna untuk penyembuhan, termasuk memulihkan orang yang kerasukan dan mematahkan kuasa black magic. Kuasa penyelamatan Kristus bekerja melalui sakramen ini, karena ritus yang dilakukan (Lat: ex opere operato), dan tentu saja, selalu perlu didukung sikap batin si pelayan (Lat: ex opere operantis) yang sungguh bersatu dengan Pelayan Utama, yaitu Yesus Kristus.
Keempat, daya guna Sakramen Pengurapan Orang Sakit itu ditegaskan kembali oleh “Instruksi Doa Penyembuhan” yang diterbitkan Kongregasi untuk Ajaran Iman, Roma, 14 September 2000 (Seri Dokumen Gerejawi No. 61) yang menyatakan bahwa tujuan sakramen ini ialah untuk “penyembuhan dalam tubuh, jiwa dan roh, dan dibebaskan dari semua kesedihan, kelemahan dan penderitaan”. Tujuan sakramen ini pasti mencakup pembebasan dari kuasa kegelapan atau kerasukan dan kuasa black magic.
Ajaran yang lebih eksplisit sebenarnya sudah diberikan Kongregasi untuk Ajaran Iman dalam dokumen yang judul aslinya Foi chretienne et demonologi (Iman Kristiani dan Demonologi, Roma, 26 Juni 1975). Dalam dokumen itu dikatakan bahwa Sakramen Pengurapan Orang Sakit merupakan “perlindungan” atas badan, jiwa, dan roh dari gangguan kehadiran setan dan karyanya yang mengganggu. Ungkapan yang sedemikian gamblang ini jelas meneguhkan daya penyembuhan Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Sakramen Pengurapan Orang Sakit bisa diberikan oleh imam siapa saja dan tidak dibutuhkan izin khusus dari Uskup, karena Sakramen Pengurapan Orang Sakit tidak termasuk dalam eksorsisme meriah. Namun demikian, imam tetap perlu bersikap bijak dan melakukan pembedaan roh. Dukungan doa komunitas akan sangat mendukung pelayanan ini.
Petrus Maria Handoko CM