Adeeb Joudeh, Seorang Muslim, Pemegang Kunci Gereja
HIDUPKATOLIK.COM – Kunci makam Yesus ternyata dipercayakan kepada keluarga muslim selama berabad – abad, ini lebih dari sekedar tradisi, melainkan sebuah esensi dari Yerusalem. Ini adalah salah satu yang membuat Yerusalem menjadi sebuah kota tua yang penuh dengan sejarah budaya agama-agama Abrahamik yang begitu istimewa.
Kunci dengan panjang 12 inchi dan pegangan logam segitiga ini telah dipegang keluarga Adeeb Joudeh selama beberapa generasi. Di rumahnya Joudeh tersimpan lengkap gambar kakek dan leluhurnya yang pernah diberi tanggung jawab menyimpan kunci ini. “Ini adalah warisan keluarga,” kata Joudeh, tersenyum saat ia berbicara. “Ini adalah milik keluarga, dan ini merupakan kehormatan tidak hanya bagi keluarga kami. Ini merupakan kehormatan bagi semua umat Islam di dunia.”
Tugas ini jatuh ke nenek moyang Joudeh sebagai cara mempertahankan Wali Netral (Netralitas Pengelolaan) dari Gereja Makam Suci, karena Gereja ini dimiliki beberapa denominasi Kristen, termasuk Armenia Ortodoks, Ortodoks Yunani, Katolik Roma (Ordo Fransiskan ditugasi sebagai Guardian Tanah Suci), dan banyak lagi. Joudeh belajar kewajiban dan tanggung jawab dari menjaga kunci dari ayahnya, dan ia pun akan meneruskan amanat ini ke anaknya.
“Apa yang kami wariskan ke generasi berikutnya tidak hanya kunci, tetapi juga cara Anda menghormati agama-agama lain.” Perjanjian tua ini telah terjalin antara nenek moyang Muslim Joudeh dan orang-orang Kristen dahulu kala. “Perjanjian ini telah membantu membangun kerjasama dan perdamaian selama beradab-abad lamanya di antara agama-agama”, tegas Joudeh.
“Bagi saya, sumber koeksistensi adanya Perdamaian dan Kerukunan untuk agama Islam dan Kristen adalah Gereja Makam Suci, dan saat itu,” Joudeh lalu berkisah; “Umar bin Khattab mengambil kunci Yerusalem dari Patriarch Sophronius dan kemudian memberikan jaminan keamanan, keselamatan, dan perdamaian kepada semua orang Kristen di wilayah tersebut. Kami hidup berdampingan dengan damai dan penuh kasih.”
Itulah kisah sejarah tua sekitar 1.400 tahun yang lalu, ketika Umar ibn Khattab, seorang Muslim, membuat kesepakatan dengan Patriarch Sophronius, seorang Kristen. Perjanjian itu memberikan orang-orang Kristen kebebasan dan keamanan untuk ibadah di Yerusalem. Bagi Joudeh, sejarah ini masih hidup hari ini dan akan terus hidup. Dan itu adalah kewajibannya dan keluarganya untuk mempertahankan tradisi itu sampai saat ini dan seterusnya.
Wajeeh Nuseibeh, Seorang Muslim, juga menjadi Pembuka Pintu Gereja
Dalam mengemban tugas suci ini keluarga Joudeh tidak sendiri. Meskipun ia bertugas melindungi dan memegang kunci, ada juga keluarga Muslim lain yang bertugas membuka pintu dan membiarkan umat beriman untuk memasuki Gereja. Tanggung jawab itu sekarang dipegang oleh Keluarga Wajeeh Nuseibeh, juga keluarga Muslim.
Ketika Nuseibeh tiba di Gereja pagi hari, ia mengambil kunci dari Joudeh, dan memanjat tangga kayu kecil untuk membuka kunci atas. Lalu ia melangkah dari tangga untuk membuka kunci yang lebih rendah. Ia mengayunkan pintu Gereja agar terbuka, dan Gereja ini terbuka untuk pengunjung. Seluruh proses diulang setiap malam, ketika Gereja terkunci.
Kedua keluarga Muslim telah berbagi tanggung jawab ini selama berabad-abad, melindungi tempat suci dan menjaganya untuk umat Kristen. Ini adalah model Koeksistensi Hidup Bersama penuh kerukunan dan perdamaian antar agama di kota Yerusalem yang penuh dengan ketegangan dan pertentangan politik.
Semoga bisa menjadi contoh teladan kerukunan antar agama di Indonesia, yang masyarakatnya sangat majemuk ini. Amin. (CNN)
kedengaranya baik dan menyejukan hati
, terima kasih.