HIDUPKATOLIK.com – ANAK muda di zaman ini, cenderung selalu berfokus pada diri sendiri. Mereka hidup di dalam dirinya sendiri bahkan kadang tidak peduli pada keadaan sekitar. Ini adaah budaya “meta me” yang sedang menjangkiti diri anak muda. Hal ini disampaikan Mgr Joel Z Baylon DD, saat menyampaikan materi tentang anak muda Asia di Joga Expo Centre, Yogyakarta, 5/8.
Untuk mengerti anak muda, Gereja harus mengerti bahasa dari anak muda, tidak saja dengan ajarannya namun mereka harus masuk lebih dalam di kehidupan anak muda. Mgr Joel mengungkapkan, dialog antaragama dan antarsesama juga oenting untuk dilakukan anak muda. Mengutip Paus Fransiskus, Mgr Joel menambahkan, anak muda harus hidup inklusif bukan eksklusif.
Materi ini mengenai tantangan kehidupan anak muda Katolik di Asia ini, disampaikan Mgr Joy sebagai salah satu bagian dari Asian Youth Day 2017 (AYD7). Mgr Joel menilai bahwa sangat penting bagi anak muda untuk tetap tinggal dalam iman. “Beriman mestinya juga respek pada spiritual tidak saja dalam kehidupan beragama yang biasa.”
Uskup Masbate Filipina ini menambahkan, orangtua kadang menginginkan anak muda untuk memiliki cita-cita sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Bahkan dalam hal ini, anak muda dituntut untuk bernegosiasi dengan kehidupan. “Masih banyak aspek dari kehidupan yang menuntut anak muda untuk berdialog dengannya.”
Dunia Maya, lanjut Mgr Joel, menawarkan dan mengajarkan akan berbagai macam hal yang tidak semuanya baik. “Online Missionaries of God”, hal inilah seharusnya anak muda menempatkan dirinya. Menempatkan diri sebagai misionaris untuk mewartakan Injil di internet. “Menciptakan kesempatan untuk menjadi pewarta dalam dunia maya,” katanya.
Mgr Joel menyebutkan beberpa contoh media pewartaan untuk anak muda, Youcat, Live Pure Movement, dan Iffasia. Lewat media-media ini, orang muda dapat menjadi pewarata Injil. “Masih banyak hal yang lain, tinggal cari dan ikuti jalannya.”
Mgr Joel menjadi contoh untuk anak muda, sangat penting bagi anak muda, untuk menyadari bahwa mereka adalah bagian dari pasukan pewarta. Media online bisa menjadi sarana untuk mewartakan kebaikan dalam budaya yang multikultural. “Hanya Yesus, dia adalah segalanya.”
Ketika seseorang dikucilkan, ia akan menjadi sendirian, ada begitu banyak kesengsaraan yang dirasakan. Gereja harus ada untuk keadaan ini. Membantu, setiap pribadi yang mengalami alienasi ini untuk kembali memperoleh kebahagian. “Anak muda Asia diajak untuk turut serta dalam usaha in besama Gereja.”
Salib World Youth Day mengingatkan kita akan mesteri Karya Keselamatan Allah. Ada begitu banyak macam “kelaparan” di dunia. Yesus menjadi pemuas sejati dari kelaparan ini.Reiner Maria Rilke dalam puisinya mengatakan, bersabarlah, pada setiap hal yang tak terselesaikan dalam hati. Berusahalah untuk mencintai pertanyaan itu. “Demikian jangan cepat untuk menjawab pertanyaan dalam hatimu, suatu saat kamu akan menemukan jawabannya,” demikian Mgr Joel.
Antonius E. Sugiyanto