web page hit counter
Rabu, 6 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Bertemu Uskup Se-Asia, Ahmad Safii Maarif Mengungkap Bahaya Arabisme Sesat

1/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – ISLAM adalah agama yang pada dasarnya cinta kepada perdamaian. Di dalam agama ini setiap orang diajarkan juga untuk mengasihi satu dengan yang lain. Hal ini menjadi inti dari pesan Buya Ahmad Safii Maarif saat menghadiri pertemuan tokoh-tokoh agama Katolik dan agama lain di Hotel Jayakarta, Yogyakarta, 3/7.

Ada dua hal yang menjadi sebab mengapa berkembang faham-famah radikalisme di Indonesia. Buya mengungkapkan kemiskinan dari segi ekonomi menjadi penyebab pertama hal ini. “Hal ini diperparah

Di depan para uskup dari berbagai negara Asia, Buya menyoroti bahwa adanya paham sesat yang masuk ke Indonesia menjadi juga sebab berkembangnya faham radikal di Indonesia. Buya menamai ini sebagai Arabisme sesat, yang menjadi dasar berkembangnya radikalisme di Indonesia. “Mengapa bagian dari bumi Indonesia ini subur untuk kelompok yang tidak toleran, bahkan yang radikal, teror? Pertama belum terwujudnya prinsip keadilan sosial ekonomi, dan juga ada ideologi impor. Jadi Arabisme yang salah arah, dan sebagian kecil orang Indonesia menganggap itu seperti Islam,” ujar Buya.

Baca Juga:  "SOS": Ini Kebutuhan Mendesak Korban Erupsi Gunung Api Lewotobi Laki-laki

 

Buya Safii Maarif bersama Mgr Antonius Subianto bunjamin

Buya mencontohkan, Arabisme sesat itu terwujud dalam gerakan Negara Islam di Irak Suriah (ISIS) dan juga Boko Haram di Afrika.  Sebagian muslim Indonesia terpengaruh oleh ideologi itu karena meyakini bahwa arabisme adalah bagian dari Islam. “Orang-orang Arab dianggap lebih mengerti Islam dibandingkan bangsa kami, padahal itu tidak benar, ” ujar Buya.

Tidak selalu orang Arab paham dengan ajaran Islam. Orang Arab juga tidak menyetujui keberadaan kelompok radikal. Tindakan radikal menurut Buya, sebenarnya mengingkari Al-Quran, saat mereka bertindak sewenang-wenang kepada pemeluk agama lain.

Di sini tegas, bahwa perbedaan adalah kehendak Tuhan. Al-Quran itu kitab suci yang paling toleran, lanjut Buya, asal ditafsirkan dan difahami secara benar. “Tapi yang celaka ada sebagian orang tidak mau mengacu kepada ayat itu, tapi mengacu syahwat kekuasaan,” tuturnya.

Baca Juga:  Setahun Menjadi Uskup Banjarmasin; Mgr. Victorius Dwiardy, OFM.Cap: Mencoba Meneladani Santo Carolus Borromeus

Pertemuan Tokoh Katolik itu diadakan di sela Asian Youth Day 2017 yang diadakan di Jogja Expo Centre Yogyakarta. Anak muda Katolik utusan dari berbagai konferensi Uskup dari berbagai Negara Asia hadir dalam event ini.

Antonius E. Sugiyanto

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles