HIDUPKATOLIK.com – LAJU pemanasan global yang semakin masif tidak lepas dari perhatian anak muda Asia. Mereka juga berjuang untuk menyelamatkan bumi tempat tinggal manusia satu-satunya. Hal ini disampaikan Jonathan Cho dan Sumba Tarik dalam konferensi pers di hari kedua Asian Youth Day 2017 di Jogja Expo Centre, Yogyakarta, 3/7.
Jonathan yang merupakan perwakilan dari Konferensi Uskup Hongkong mengungkapkan, terima kasihnya dapat ikut serta dalam AYD7. Ia mengungkapkan, bahwa Laudato Si’ telah mengubah jalan pikiran dan pandangannya terhadap lingkungan. “Lewat ensiklik ini saya dapat berefleksi tentang Tuhan yang luar biasa saat menciptakan kehidupan.”
Hongkng adalah kota yang sungguh modern. Topik mengenai lingkungan tak begitu populer, di sana orang lebih suka membicarakan mengenai investasi dan bagaimana menciptakan biaya hidup yang murah dan juga politik. “Orang di Hongkong, cenderung menyukai hal-hal teknologi, memperbarui gadget dan mencukupi hal duniawi.”
Namun, lanjut Jonathan, lingkungan belakangan juga menjadi perhatian, terutama dalam persahabatan dengan saudara dari agama lain, semua bersatu dalam kampanye pelestarian lingkungan. “Berhadapan dengan persoalan lingkungan, semua orang bekerjasama untuk menjaga kelestarian lingkungan,” kata Jonathan.
Laudato Si’ mengingatkan Jonathan untuk peduli kepad alingkungan dari pada hanya sekedar berselancar dalam dunia gadget. “Sebagai anak Allah, ensiklik ini mengingatkanku untuk bertanggngjawab kepada lingkungan. Sebagai bagian dari dunia dan bertanggung jawab merawatnya.”
Dari Pakistan
Sumba Tarik yang adalah dari Pewakilan Konferensi Uskup Pakistan pun sependapat dengan Jonathan, di Pakistan orang menanggalkan agamanya untuk bersama menyelamatkan lingkungan. Pakistan yang juga disebuat “Tanah Hijau” sebenarnya kaya akan kehidupan hayati, namun persoalan lingkungan juga menjadi perhatian. Pakistan dengan kekayaan alamnya, mampu menjadi salah satu pengekspor beras ke negara lain. “Laudato Si pernyataan dari Paus Fransiskus ini menginspirasi orang Pakistan secara khusus anak muda,” ungkap Sumba.
Samba melihat bahwa, dunia butuh untuk mereson pesan Paus dan menemukan solusi atas persoalan lingkungan. Ia sadar sebagai orang muda Katolik, ia dan teman-temannya memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan. Hal ini karena Tuhan menciptakan semua yang ada di dunia ini hanya untuk kehidupan. “Polusi menjadi salah satu masalahnya, anak muda harus aktif menjaga lingkungan,” kata Sumba.
Sumba mengungkapkan, di pakistan mereka menanam buah dan sayur yang memiliki ketahanan khusus dengan iklim di sana. “Saat ini adalah saat dimana kita harus mencintai lingkungan, dengan itu kita menyelamatkan kehidupan anak-anak kita.”
Sebagai negara dengan mayoritas masyarakat beragama Islam, Katolik menjadi moniritas di Pakistan. Namun, dalam usaha pelestarian lingkungan perbedaan agama ini kemudian ditinggalkan untuk memulai langkah baru dalam usaha bersama melestarikan lingkungan. “Kami tidak menemukan masalah untuk menjaga lingkungan, terutama dalam perbedaan agama, dalam hal ini perbedaan agama ditinggalkan untuk tujuan yan lebih besar.”
Antonius E. Sugiyanto