HIDUPKATOLIK.com – Pekan Biasa XVII; Kel 40:16-21,34-38; Mzm 84:3-11; Mat 13:47-53
BACAAN hari ini merupakan penghujung kitab Keluaran. Kita bisa melihat perjalanan bangsa Israel dan Yahweh. Mula pertama, Yahweh membangun perjanjian dengan bangsa Israel (Kel 19-20), dan dengan demikian ia mempunyai umat-Nya sendiri. Kemudian, Ia memerintahkan umat-Nya membangun sebuah tempat tinggal bagi-Nya (Kel 25,1-40,33). Setelah semuanya selesai, Yahweh sendiri tinggal bersama dengan umat-Nya (Kel 40,34-38).
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa Yahweh adalah Allah yang berada di tengah-tengah umat-Nya, dan bukan allah yang jauh dan terpisah dari umat-Nya. Allah yang dekat seperti ini tentu saja mempunyai konsekuensi tertentu. Di satu pihak, kalau Yahweh tinggal bersama-sama kita, maka tingkah polah kita pun seharusnya disesuaikan sedemikian rupa dengan situasi itu. Maka anak-anak bisa bernyanyi, “Hati-hati gunakan tanganmu karena Bapa di sorga melihat ke bawah…” Tetapi di lain pihak, kedekatan Yahweh memberikan jaminan keamanan dan keselamatan.
Kehadiran Allah di tengah manusia itu terwujud secara lebih penuh dalam diri Yesus Kristus, “Sabda yang menjadi daging, dan tinggal (harafiah, eskenosen, ‘memasang kemah’) di antara kita” (Yoh 1,14). Kalau Allah itu dekat dengan kita, lalu apa konsekuensinya bagi kehidupan kita?
V. Indra Sanjaya