HIDUPKATOLIK.COM–TEMA Asian Youth Day tahun 2017 adalah, Joyful Asian Youth! Living The Gospel in Multicultural Asia. Tema berangkat dari refleksi gereja terhadap kehidupan multikultural di Indonesia. Tema ini menjadi salah satu topik utama dalam khotbah pada Misa pembukaan Days in Diocese yang diadakan di Keuskupan Agung Pontianak (KaPal) di Katedral St Yoseph Pontianak, Minggu, 31/07.
Dalam Misa yang dipimpin Uskup Agung KaPal Mgr Agustinus Agus ini dihadiri juga oleh Ketua Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr Pius Riana Prapdi. Sebagai pengkotbah, Mgr Prapdi mengajak Orang Muda Katolik di Asia bahwa ketika kita merayakan AYD 2017 bertema “Joyful Asian Youth! Living The Gospel in Multicultural Asia” adalah saat mensyukuri orang muda untuk Kerajaan Allah.
“Orang muda adalah jantung Gereja. Orang muda menjadi pusat perhatian Gereja. Mungkin kalian (OMK) akan berkata ‘Ah Tuhan Allah, sesungguhnya aku tidak pandai bicara, sebab aku ini masih muda’. Tapi ingat; Tuhan berfirman kepadamu. Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi dan apapun yang kuperintahkan kepadamu, haruslah kau sampaikan (Yeremia 1:6-7)
Mgr Prapdi meminta kepada para peserta untuk menjualseluruh miliknya dan membeli mutiara (Ma.13:44-52) berdasarkan perikop Injil tersebut, ia mengatakan bahwa di mata Allah segala milik kalian tidak penting. Ia tidak peduli pakaian atau gadge–tmu. “Allah menyuruh menjual segala luka-luka kita, kecemasan dan kedosaan kita. Tuhan memanggil dan memilih kita dan orang muda untuk mendatangkan kebaikan,” cetusnya.
Di akhir khotbahnya, Mgr Prapdi meminta kaum muda merefleksikan tiga hal yaitu seeing, speaking, dan starting. Seeing berarti ketika berada di Indonesia, berada di keluarga baru, bahkan budaya baru, teman baru dan semuanya baru. Kalian semua baru. Lihatlah dengan hati yang baru pula. Namun juga lihatlah yang lebih dalam. “Ada kegembiraan dan harapan dalam semuanya itu. Ada juga kecemasan dan kedukaan. Ada teman-teman yang putus harapan, keluarga-keluarga yang mengalami persoalan. Mungkin juga ada kerusakan alam, kekerasan, korupsi dan lain-lain.
Starting berarti ada kegembiraan dan harapan dalam semuanya itu. Ada juga kecemasan dan kedukaan. Ada teman-teman yang putus harapan, keluarga-keluarga yang mengalami persoalan. Mungkin juga ada kerusakan alam, kekerasan, korupsi dan lain-lain. “Bisa juga kita melihat persoalan diri sendiri. Namun tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri, apalagi mengurung diri di kamar, atau santai menikmati kopi di kafe. Atau mengurung diri membiarkan diri lumpuh oleh ketakutan dan egoisme. Kita melihat seperti Yesus melihat. Yesus melihat dengan hati penuh belas kasih. Kita melihat dengan mata penuh pengharapan,” ajak Mgr Prapdi.
Sementara speaking berarti apa yang kalian lihat entah kebahagiaan atau kecemasan, bicarakan dengan teman. Dalam perjumpaan saat bertemu maupun lewat media sosial, sampaikan opinimu, ide kreatifmu, daya imajinasimu yang luar biasa. “Bagikan kebahagiaanmu, harapan dan daya inspirasimu agar menjadi sukacita bagi banyak orang. Gunakan untuk saling memperkaya hasrat dan semangat kebaikan. Bicarakan kebaikan-kebaikan agar semakin tumbuh cinta pada hidup kalian. Bicarakan betapa indahnya perbedaan yang kalian alami,” demikian Mgr Prapdi.
Yusti H. Wuarmanuk