HIDUPKATOLIK.com – DALAM rangkaian Pesta Nama Pelindung Ignatius Loyola, Paroki Ignatius Magelang mengundang Romo Aloys Budi Purnomo untuk berbagi pandangan dan pengalaman tentang Adorasi Ekaristi Abadi, Minggu, 30/7. Ternyata, Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan-Keuskupan Agung Semarang (HAK-KAS) itu juga penggerak dan pelaku Adorasi Ekaristi Abadi.
Sumber Kekuatan Pelayanan
Menurut Romo Kepala Reksa Pastoral Kampus Unika Soegijapranata Semarang ini, Adorasi Ekaristi merupakan sumber kekuatan pelayanan Gereja Katolik selama ribuan tahun. Pusatnya adalah Yesus Kristus. Adorasi Ekaristi adalah gerakan spiritual yang berbuah pada pelayanan sosial.
Orang Suci di zaman modern yang sangat menghayati semangat itu adalah Santa Teresa Kalkuta. Seluruh buah karya pelayanannya bersumber dari ketekunan menjalankan Adorasi Ekaristi setiap hari. Itulah yang membuat karyanya berkembang dan berbuah dalam banyak karya karitatif sosial kemanusiaan hingga hari ini, mulai dari Kalkuta hingga seluruh dunia.
St Yohanes Paulus II yang sangat bersahabat dengan St Teresa Kalkuta semasa hidupnya mulai menyerukan dan mempopulerkan gerakan Adorasi Ekaristi Abadi di abad milenium ini kepada umat Katolik di seluruh dunia.
Prinsipnya, umat diajak untuk membangun keheningan dalam kasih dan cinta kepada Tuhan dan sesama bersumber dari Ekaristi Suci. Dari keheningan doa dan sembah sujud di hadirat Yesus Kristus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus Ekaristi, meluaplah karya pelayanan dan kasih sosial dalam kehidupan bersama.
Kasih Sosial
Gagasan dan pengalaman tentang kasih sosial (social love) sendiri dirilis oleh pendahulunya, yakni Paus Paulus VI. Paus Paulus VI mengatakan, “Adorasi Ekaristi tak hanya merupakan jalan terbaik untuk bertumbuh secara rohani dalam kekudusan, tetapi juga menyuburkan kasih sosial yang dengannya kesejahteraan dianugerahkan melampaui batas-batas individual (MF 69). Adorasi Ekaristi membuahkan damai sejahtera dan persatuan dalam Gereja dan Masyarakat (MF 70).
Berpangkal dari ajaran itu, lebih lanjut Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa kontemplasi penuh iman menjadi persembahan silih bagi dosa besar dan kejahatan dunia (Dominicae Cenae/DC 3). Dengannya kita pun menjadi lebih peka terhadap ketidakadilan dan kejahatan (DC 6).
Di kemudian hari, Paus Benediktus XVI, juga menggarisbawahi ajaran ini saat mengatakan, “Perjumpaan personal dengan Tuhan menguatkan perutusan sosial dan merobohkan tembok pemisah antarsssam. Dengan demikian persaudaraan sejati yang rukun dan damai antarumat manusia (Sacramentum Caritatis 66).
Hal-hal itulah yang disampaikan Romo Budi, yang sejak 2011 intensif menggerakkan umat untuk Adorasi Ekaristi Abadi di hadapan ratusan umat yang mengikuti sarasehan tentang Adorasi Ekaristi Abadi di aula Paroki St Ignatius Magelang.
(ANS)