HIDUPKATOLIK.com – TADI siang, Rabu, 19/7, saya berurusan di Kantor Pusat Serdadu-serdadu (Garda) Swiss di dalam Vatikan. Saat itu menjelang jam 12.00 tengah hari. Sementara berbicara dengan tiga pegawai Kantor, tiba-tiba terdengar lonceng berdering. Saya bertanya, “Ada apa sekarang? Serta merta mereka menjawab, sekarang jam 12.00, kami berdoa Angelus.â€
Mereka mengundang saya untuk bergabung dalam doa Angelus, yakni doa untuk para Malaikat yang didoakan pada pukul 12.00. Saya pergi bersama mereka ke sebuah sudut di mana ada Salib dan Bunda Maria. Sudah hadir sekelompok Serdadu Swiss di situ. Semua memegang buku Doa Angelus yang khusus dirancang untuk Serdadu-serdadu Swiss.
Demikian Markus Solo Kewuta SVD, satu-satunya pastor asal Indonesia yang menjadi pejabat di Vatikan, mengawali pengalamannya bersama Garda Swiss dalam pesannya melalui WhatssAp, Kamis, 19/7.
Menurut penuturan Markus Solo, salah satu dari Garda Swiss yang bertugas pada pekan ini, menjadi pemimpin dalam pendarasan doa Angelus itu. Para garda Swiss mendaraskan doa Angelus dengan aktif dan lancar. Di akhir doa, para Garda Swiss tak lupa mendaraskan sebuah doa yang khusus ditujukan untuk Paus, yakni Pemimpin Gereja Katolik yang telah mereka layani selama 500 tahun. Dalam doa khusus itu mereka memohon agar Paus selalu dilindungi dan diberkati oleh Tuhan dalam menjalankan tugas kerasulan Kepausan yang diserahkan kepadanya, melanjutkan tugas perutusan Santo Petrus.
“Di akhir doa Angelus, semua mata Garda Swiss terarah kepada saya. Saya langsung paham bahwa mereka meminta berkat penutup. Tanpa menunggu lebih lama lagi, saya memberkati para serdadu tersebut dan setelah itu kami bubar. Semua langsung kembali ke tempat tugas masing-masing,†ujar Romo Markus Solo yang belum lama ini mendampingi Keluarga mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berkunjung ke Vatikan.
Menurut Romo Markus Solo yang mendapat penjelasan dari para serdadu Garda Swiss, mendaraskan doa Angelus merupakan kebiasaan mereka. Doa bersama itu merupakan tradisi yang sudah sangat lama dilakukan para Garda Swiss sejak berada di Vatikan sekitar 500 tahunan. Bunyi Lonceng adalah penanda mereka untuk melakukan pendarasan doa Angelus bersama, dan meninggalkan semua aktivitas apapun pada saat itu. Kondisi menjadi pengecualian untuk para serdadu Garda Swiss yang kebetulan berjaga di gerbang-gerbang Vatikan. Mereka akan datang berkumpul di tempat yang sudah disediakan dan hanya membutuhkan waktu lima menit untuk berdoa bersama.
“Saya merasa sangat terkesan dengan kedalaman spiritualitas anak-anak muda yang kelihatan selalu serius dan seram saat bertugas itu. Pada kesempatan itu, mereka mengundang saya untuk merayakan Misa perpisahan dengan Fabio, salah satu anggota Garda Swiss yang telah purna tugas. Misa perpisahan akan diadakan di Kapela Serdadu Swiss di Vatikan,†ujar Romo Markus Solo.
Fabio adalah sahabat baik Romo Markus Solo yang akan kembali ke negaranya setelah menyelesaikan tugas pengabdiannya di Vatikan selama tiga tahun dua bulan. Ia akan kembali ke Swiss pada pekan depan dan akan memulai studi Politik Internasional di Sankt Gallen, Swiss.
Doa Angelus, menurut Romo Markus Solo, merupakan tradisi lama di dalam Gereja Katolik yang dulu sering didaraskan oleh para orangtua dan kakek-nenek di daerah asalnya Nusa Tenggara Timur (NTT). Sekalipun sedang mencangkul, para orang tua atau kakek-nenek akan melepaskan cangkul lalu langsung berdoa Angelus di tempat.
“Hanya sayang, tradisi bagus ini sudah berangsur hilang. Oleh karena itu, Romo Markus Solo mengajak umat Katolik menghidupi tradisi ini. Kalau kita bisa mengambil banyak waktu untuk berkomunikasi dengan teman-teman lewat medsos, pukul 12.00 kalau memungkinkan bisa mendaraskan Doa Angelus untuk sedikit berkomunikasi dengan Tuhan,†ujarnya.
Diceritakannya lebih lanjut, Sri Paus masih tetap menjaga dan melanjutkan tradisi Doa Angelus. Juga di setiap Kantor Vatikan masih dipelihara tradisi itu. Setiap hari Minggu, kalau Paus berada di Vatikan, beliau naik ke Istana Kepausan sekitar jam 11.30 pagi, berdiri di jendela kedua dan berdoa Angelus bersama para peziarah dan turis-turis yang memadati Lapangan Santo Petrus. Beliau akhiri dengan berkat. “Kalau kebetulan sedang berziarah ke Roma, jangan lewatkan kesempatan indah itu. Tanpa tiket masuk, cuma antrian masuk sedikit. Ora et labora – vivat Deus unus et Trinus in cordibus nostris (Berdoa dan bekerjalah – semoga Allah yang Satu dan Tritunggal hidup di dalam hati semua orang),†pesan Romo Markus.
Putut Prabantoro