HIDUPKATOLIK.com – Pada 3 Januari 1961, Vikariat Apostolik Pangkalpinang dinaikkan statusnya menjadi Keuskupan Pangkalpinang. Takhta Suci pun mengangkat Vikaris Apostolik Pangkalpinang, Mgr Nicolas Pierre van der Westen SSCC menjadi Uskup di keuskupan yang wilayahnya membentang dari Bangka-Belitung, Selat Karimata, Kepulauan Riau hingga Kepulauan Natuna di Laut Cina Selatan. Saat itu, Keuskupan Pangkalpinang menjadi sufragan Keuskupan Agung Medan.
Mgr van der Westen menggembalakan umat Pangkalpinang selama 28 tahun sejak masih menjabat Vikaris Apostolik. Ia mengundurkan diri sebagai Uskup Pangkalpinang pada 11 November 1978, ketika berusia 65 tahun. Pengunduran diri ini menjadikan Keuskupan Pangkalpinang mengalami sede vacante (takhta lowong) dalam kurun waktu relatif lama. Dalam sejarah, keuskupan ini baru mendapatkan Uskup lagi pada 30 Maret 1987. Rentang waktu takhta lowong hampir sembilan tahun.
Selama sembilan tahun sede vacante, reksa penggembalaan Keuskupan Pangkalpinang diampu oleh Pater R. Reichenbach SSCC. Meskipun takhta lowong, penggembalaan umat terus bergulir dalam reksa pastoral para misionaris SSCC. Baru pada 30 Maret 1987, Bapa Suci Yohanes Paulus II menunjuk Pater Hilarius Moa Nurak SVD menjadi Uskup Pangkalpinang, untuk menghentikan sede vacante yang berkepanjangan.
Mgr Hila merupakan putra kelahiran Waikabubak, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, 21 Februari 1983. Ia mengikrarkan kaul kekal sebagai SVD pada 8 Januari 1972. Penunjukkannya ini cukup mengherankan karena Societas Verbi Divini (SVD) tidak pernah terekam bekerja di keuskupan ini. Dengan jiwa besar, penerima tahbisan imam pada 2 Agustus 1972 ini memulai karya pastoral melanjutkan tongkat penggembalaan Mgr van der Westen. Mgr Hila menerima tahbisan sebagai Uskup Pangkalpinang dari Uskup Larantuka, Mgr Darius Nggawa SVD (1929-2008) pada 2 Agustus 1987. Mgr Nggawa didampingi dua Uskup Pentahbis Pendamping, yakni Uskup Agung Medan, Mgr Alfred Gonti Pius Datubara OFMCap dan Uskup Palembang, Mgr Joseph Hubertus Soudant SCJ (1922-2003). Moto tahbisannya adalah “Ego autem Rogavi pro Teâ€.
Reksa penggembalaan Mgr Hila tercatat sebagai yang paling lama, 29 tahun. Sayang sekali, Uskup yang dikenal rendah hati dan “adhem†ini akhirnya berpulang ke hadirat Allah pada 29 April 2016. Dan, babak kedua sede vacante pun terulang lagi, meskipun hanya 14 bulan. (Lanjutan: Seorang Uskup Fransiskan)
R.B.E. Agung Nugroho