HIDUPKATOLIK.com -Â Minggu Biasa XIV: Za. 9:9-10; Mzm. 145:1-2,8-9,10-11,13cd-14; Rm. 8:9,11-13; Mat. 11:25-30
BEBERAPA waktu yang lalu, sesudah Salve Agung, ibadat sore yang dilaksanakan secara meriah di Katedral Semarang, Jawa Tengah, semua hadirin diundang makan malam bersama. Ratusan orang masuk ke dalam ruangan resepsi. Semua disuguhi aneka hidangan, seperti sup jamur, soto, gule, nasi liwet, gudeg, sate, klepon, onde-onde, tiwul, wedang jahe, dan aneka jus buah. Semua yang hadir boleh menikmati secara prasmanan. Masing-masing melayani dirinya sendiri. Para undangan kebanyakan berdiri, karena tidak disediakan kursi di ruangan besar itu, kecuali untuk para Uskup dan beberapa tamu.
Saya mengambil sup jamur secukupnya, dan memilih berdiri di antara orang banyak sambil menikmati sup seraya ngobrol-ngobrol dengan rekan-rekan yang sudah lama tidak pernah ketemu. Saya bertemu dengan saudara sepupu, yang sudah enam tahun tidak saling berkontak. Lalu, datanglah seorang teman romo yang juga jarang sekali bertemu. Kami berdua ngobrol tentang masa lalu ketika masih sama-sama di Seminari Mertoyudan, angkatan 1976. Yang paling menggembirakan, saya bertemu dengan H. Dia juga rekan seangkatan tahun 1976. Kami bertemu setelah 42 tahun berpisah.
Pertemuan dengan H ini mengharukan, sekaligus membahagiakan. Dia dulu kecil, pendek, gemuk, dan pipinya bulat kayak apel, sehingga sering dicubit oleh teman-temannya. Dia dengan polos dan bangga memperkenalkan diri, “Monsinyur, masih kenal saya? Saya angkatan 76. Nama saya ‘Genjik’.†Genjik adalah kata dalam bahasa Jawa yang berarti anak babi. Karena sebutan “Genjik†itulah, saya dengan mudah mengenali dia. Dia memperkenalkan istri, adik ipar, dan suami dari adik iparnya. Kami berbagi cerita cukup lama. Banyak hal yang dia ceritakan. Sungguh luar biasa rencana Tuhan bagi umat-Nya. Pasangan suami-istri ini mengundang saya pada suatu saat untuk singgah di rumahnya. Semua sungguh mengagumkan dan indah pada waktunya.
Saudara sekalian, mari kita renungkan lebih jauh. Secara tertulis, yang mengundang saya dan begitu banyak orang untuk hadir pada Salve Agung dalam rangka Penahbisan Uskup Agung Semarang adalah panitia penahbisan atas nama Uskup Agung Semarang yang baru. Namun yang tidak tertulis, dan dalam iman, yang mengundang para hadirin adalah Yesus sendiri. Yesus, Sang Imam Agung yang berdoa, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa…, sebab semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai…, namun Engkau nyatakan kepada orang kecil†(Mat 11:25). Dialah yang mengundang dan mengumpulkan umat-Nya.
Sang Imam Agung itu juga menegaskan, “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya†(Mat 11:27). Dialah yang mempertemukan saya dengan rekan-rekan yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya, dengan saudara sepupu, dengan umat satu Lingkungan, dengan para romo, biarawan-biarawati, dan dengan mereka yang pernah satu almamater. Dialah yang memperkaya pertemuan itu dengan rupa-rupa karunia dan menyatakan kemurahan-Nya. Lewat peristiwa itu, saya lebih mengenal dan mengalami Yesus, Anak Allah yang menyatakan kebaikan-Nya.
Sebagaimana panitia penahbisan mengundang saya, atas nama Uskup Agung Semarang, demikian pula dalam iman, saya mengalami dan mengimani bahwa yang mengundang, mempertemukan, dan menyatakan kebaikan-Nya kepada saya dan umat beriman adalah Yesus, atas nama Bapa Surgawi. Dalam peristiwa itu saya mengenal Bapa, yang Dia berkenan menyatakan kebaikan- Nya melalui Yesus, Anak-Nya yang terkasih.
Semoga Anda pun dapat dan sering mengalami kebaikan dan kemurahan hati Bapa Surgawi, karena Dia berkenan menyatakan dalam kehidupan Anda melalui Yesus. Siapa saja yang membuka hati, jiwa, dan pikiran kepada-Nya, saya percaya akan memperolehnya.
Mgr Nicholaus Adi Seputra MSC