HIDUPKATOLIK.com - SEJAK diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil, Yohanes Sudiyono ditempatkan sebagai tenaga pengajar di SDN III Pekon Ampai, Kecamat an Limau, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Hari pertama bekerja, ia berkeliling mencari ladang karyanya itu melalui medan yang tak bersahabat. “Akhirnya, saya berpapasan dengan guru yang hendak pulang. Saya diberitahu untuk kembali saja lagi besok karena sekolah sudah selesai,†kenang Dino, sapaannya.
Pria kelahiran 16 Mei 1981 ini kembali menempuh perjalanan sejauh 53 kilometer dari tempat tinggalnya menuju sekolah. Begitu sampai, ia baru menyadari betapa mirisnya bangunan sekolah yang jauh dari kata layak dan berlokasi di tengah kawasan hutan lindung itu. “Begitu lihat langsung nangis, bukan karena jarak yang memang jauh dan sulit, tapi sedih dengan kondisi fisik sekolah yang terbuat dari papan, tanpa meja dan kursi,†ungkapnya.
Meski Dino merupakan satu-satunya Katolik di sana, ia berani mengajukan proposal pembangunan sebanyak empat kali. Tapi tak satu pun diterima. “Sempat punya ide iseng, karena masuk musim hujan, ramai-ramai sekolah didorong saja biar roboh. Kalau roboh besok bawa wartawan biar pemerintah tahu. Belum juga diroboh, besoknya proposal diterima dan sekolah dirobohkan secara resmi untuk dibangun kembali,†tutur Dino geli.
Kini, sekolah sudah dibangun dengan kondisi yang cukup baik. Jalan menuju sekolah juga diperbaiki. Meski demikian, umat Stasi Hati Kudus Yesus Sukoharjo ini sedih, karena banyak siswa yang kurang antusias belajar. Dino berharap, anak-anak didik dan terutama orangtua punya kesadaran lebih mengenai pendidikan.
Marchella A. Vieba