HIDUPKATOLIK.com -Â Pekan Biasa XI; 2Kor 11: 1-11; Mzm 111: 1-8; Mat 6: 7-15
SEBAGAI rasul dan pewarta Kabar Sukacita yang banyak membangun komunitas, Paulus mengibaratkan diri seperti orangtua yang merencanakan perkawinan anak perempuannya. Di dalam tradisi masyarakat Yahudi, perkawinan anak memang direncanakan dan ditentukan oleh orangtuanya. Di sini terungkap kekhawatiran Paulus: jangan-jangan anak perempuannya nanti berpaling ke lain hati dan meninggalkan pasangannya. “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus†(ay.3). Paulus menjadi begitu kuatir karena kehilangan Yesus Kristus itu merupakan kerugian yang sama sekali tidak bisa dihitung.
Lalu? Berhadapan dengan pengalaman seperti itu apakah kita pernah punya kekhawatiran seperti yang dialami Paulus karena ini masalah hidup atau mati? Atau sebaliknya, kita berpikir bahwa ini hanyalah baju yang bisa dipertukarkan begitu saja?
V. Indra Sanjaya