HIDUPKATOLIK.com -Â Kardinal Jean-Louis Tauran menegaskan, perempuan dan pria setara di mata Tuhan dan masyarakat. Perempuan memiliki nilai penting dalam mendidik persaudaraan dan dialog.
APA yang bisa perempuan lakukan di meja dialog lintas agama? Ini salah satu pertanyaan reflektif yang menjadi sorotan sidang Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama. Sidang yang berlangsung di Vatikan, Rabu-Jumat, 7-9/6, mengambil tema “Peran Perempuan dalam Pendidikan Menuju Persaudaraan Universalâ€.
Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama Kardinal Jean-Louis Tauran mencatat bahwa di beberapa negara, masih banyak yang perlu dilakukan untuk membela hak-hak perempuan dan menghapus kekerasan memalukan terhadap perempuan. Kardinal Tauran menekankan visi Gereja bahwa semua adalah anggota Tubuh Kristus yang setara. Kardinal mengajak semua peserta untuk bekerja mewujudkan visi tersebut guna mempromosikan pendidikan dialog antaragama yang lebih baik.
Kardinal asal Perancis ini menambahkan, bukan kebetulan Yesus mempercayakan perempuan sebagai misionaris pertama yang memberitakan Paskah. “Kita, terutama sebagai orang Kristen, tahu bahwa kita adalah anggota dari satu Tubuh yang kepalanya adalah Kristus, dan ini memberi perempuan dan laki-laki kesamaan. Seperti yang dikatakan St Paulus di hadapan Jahweh, kita semua adalah anggota Kristus,†katanya sebagaimana dilansir Radio Vatikan, 9/6.
Perempuan pada intinya, lanjut Kardinal Tauran, adalah ibu. Dia memiliki kelembutan dan kapasitas untuk mendengarkan. Ini adalah pesan universal. Perempuan juga harus memiliki tempat dalam masyarakat. “Karena itu, ada baiknya mengetahui sudut pandang ini untuk memiliki visi lengkap tentang perempuan sama dengan laki-laki di hadapan Tuhan dan masyarakat.â€
Paus Fransiskus dalam sambutan menekankan pentingnya tiga aspek; menghargai peran perempuan, mendidik persaudaraan, dan dialog. Tiga aspek ini penting untuk dialog antaragama. Ada banyak perempuan, kata Bapa Suci, dalam tugas yang dilakukan setiap hari, dengan dedikasi, ketekunan, keberanian, dan terkadang heroik, telah membuat dan menghasilkan buah kecerdasan mereka, sifat mereka yang berharga, dalam kemampuan mereka yang beragam, spesifik dan berkualitas yang dipersatukan dengan pengalaman nyata sebagai ibu dan pendidik.
Beberapa tokoh dan perwakilan perempuan hadir dalam sidang ini, misal koordinator program untuk dialog antaragama dan kerja sama di World Council Churches (WCC), Dr Clare Amos. Amos berbicara tentang tantangan yang dihadapi WCC yang mewakili 348 Gereja Orthodox, Protestan, dan beberapa tradisi Gereja Reformasi. Pada 2013, kata Amos, WCC memilih seorang Anglikan asal Kenya, Dr Agnes Abuom sebagai moderator perempuan pertama organisasi tersebut. Ia menggambarkan, hal itu sebagai sebuah terobosan tentang peran perempuan. Amos juga menekankan kekhawatiran tentang minimnya jumlah perempuan dalam pelbagai pertemuan dialog antaragama.
Edward Wirawan