HIDUPKATOLIK.com -Â Pekan Biasa XI; 2Kor 6 : 1-10; Mzm 98 : 1-4; Mat 5 :38-42
MENJADI seorang pewarta Injil, Paulus memang memiliki ciri yang khas. Dia tidak hanya mewartakan dengan perkataan, tetapi juga, atau malah terutama dengan hidupnya sendiri. Kehidupan sang pewarta menjadi gambaran jelas sejauh mana pesan yang ia wartakan memang menjanjikan. Kalau sang pewarta sendiri menghidupi pesan yang ia wartakan, maka daya pewartaannya bisa naik berlipat-lipat.
Tetapi sebaliknya, kalau ia sendiri tidak menghidupi pesan yang ia wartakan, bagaimana orang bisa tertarik pada pesan yang ia bawa? Soal sejauh mana pewarta menghidupi pewartaannya sendiri tampaknya sungguh merupakan soal abadi. Paulus mengatakan bahwa pesan yang amat berharga itu tersimpan dalam bejana tanah liat yang tentu saja amat rapuh (2Kor 4,7). Kita juga punya ungkapan yang sangat terkenal, gajah diblangkoni, isa kojah ra isa nglakoni ‘bisa bicara tak bisa menjalani’.
Lalu? Mungkin Anda juga pernah mengalami ketegangan serupa? Pertanyaan saya, mengapa bisa terjadi ketidaksinkronan seperti ini? Apa yang tidak beres? Apakah pesannya kurang meyakinkan? Atau daging ini memang lemah? Atau memang tidak peduli dengan hal seperti itu?
V. Indra Sanjaya