HIDUPKATOLIK.com -Â Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Ul 8:2-3,14b-16a; Mzm 147:12-13,14-15,19-20; 1Kor 10:16-17; Yoh 6:51-58
PADA zaman Yesus, roti merupakan konsumsi utama bagi sekitar dua per tiga penduduk bumi. Sebagai orang Yahudi, seluruh tubuh jasmani Yesus bisa dipastikan terbentuk dari jaringan sari-sari roti sejati yang dikonsumsi-Nya sejak bayi. Secara sosial, Yesus pasti sangat mencerap kedekatan dan solidaritas-Nya dengan para petani gandum dan para konsumen roti dari seluruh dunia. Melalui mereka, Dia memahami perjuangan mereka yang mencari rejeki untuk mempertahankan hidup. Dia sungguh jatuh hati dengan mereka yang terdera dan menderita lapar berkepanjangan akibat ketiadaan makanan. Tanpa roti, tanpa rejeki, hidup manusia terancam punah. Tanpa makanan, manusia tak dapat bertahan hidup.
Anggur, minuman khas yang diyakini sebagai hadiah terindah Dewa Dionysius. Dewa ini adalah pelindung para peminum dan petani anggur, para penenggak nektar dan minuman beralkohol lainnya, menjadi inspirasi khusus bagi Yesus. Ia memilih anggur sebagai cikal bakal Darah-Nya yang harus ditumpahkan melalui pengorbanan salib demi keselamatan dunia.
Ancaman terhadap hidup bangsa terpilih dan bayang-bayang suram sukacita dan kebahagiaan yang dialami di Tanah Terjanji sungguh terjadi di padang gurun. Kekeringan yang mengerikan dalam perjalanan melintasi padang gurun, rasa lapar dan haus menjadi pendorong dan pemicu sungut-sungut bangsa Israel kepada Yahwe melalui Musa dan Harun. Akibatnya mereka diberi hadiah istimewa, manna dari langit dan air dari wadas di padang gurun. Manna adalah roti yang diturunkan Allah dari surga demi ketahanan hidup bangsa pilihan-Nya.
Manna juga dipakai sebagai cobaan bagi mereka, apakah akan tetap rendah hati, setia, dan merasa tergantung sepenuhnya kepada Yahwe, atau lebih suka memberontak dan meninggalkan Dia. Demikian juga air yang memancar dari wadas di padang gurun adalah tanda pemeliharaan Allah. Ini sekaligus tanda kemurkaan-Nya atas sikap memberontak mereka terhadap Yahwe yang membimbing mereka ke Tanah Terjanji.
Dengan kekuatan manna dan kesegaran air dari cadas di padang gurun, bangsa Israel memiliki cukup kekuatan dan kesanggupan untuk sampai ke Tanah Terjanji. Itulah Galilea, daerah paling subur di wilayah Palestina, yang digambarkan sebagai “negeri yang berlimpah susu dan maduâ€. Menurut tradisi agung dan keyakinan popular, Galilea merupakan wilayah di mana Yahwe menaburkan benih istimewa dengan tangan-Nya sendiri. Ini dilakukan-Nya demi memelihara kelangsungan hidup bangsa Yahudi dari kepunahan, akibat kelaparan dan kehausan.
Dari wilayah Galilea inilah, bangsa Yahudi mereguk kemakmuran, kesejahteraan, kesentosaan, dan pemeliharaan hidup. Mereka hidup karena kelimpahan hasil bumi dan air yang mengalir tiada henti di wilayah yang gersang. Roti Hidup dan Air Penyegar Jiwa kiranya tepat mengungkapkan pemeliharaan Allah yang mengagumkan.
Di dalam diri-Nya, Yesus merasakan daya kekuatan pemeliharaan Allah bagi hidup umat-Nya. Melalui Tubuh-Nya yang diremukkan di atas salib, yang harus mati mengenaskan, dicabik-cabik, wafat dan dikuburkan, lalu bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga. Peristiwa ini dilanggengkan Gereja melalui Sakramen Ekaristi, Yesus rela menjadikan diri-Nya Roti Hidup. “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia†(Yoh 6:51).
Darah dan air telah tercurah habis dari lambung Yesus. Kurban Yesus telah selesai terlaksana. Ke-Allah-an dan ke-manusia-an Yesus telah tuntas terberi, tercurah sampai titik penghabisan. Jalan salib telah ditempuh, kurban keselamatan telah terlaksana, daya penyatunya sebagai “Darah Perjanjian baru dan kekalâ€, sungguh mengikat seluruh umat beriman dengan daya penebusan Kristus.
Kristus, Sang Imam-Altar-Korban Sejati, telah terhidang istimewa bagi keselamatan manusia. Tubuh dan Darah Tuhan tersedia sebagai santapan rohani bagi umat beriman yang percaya kepada Allah di dalam Kristus.
Tubuh dan Darah Kristus, Roti Hidup dan Darah Keselamatan di dalam Sakramen Ekaristi, sungguh sumber, puncak dan jaminan tertinggi kehidupan kita. Mari kita reguk daya keselamatan dan daya hidup Allah, agar kita pun memperoleh hidup yang kekal. Kristus, Roti Hidup yang turun dari surga hidupkanlah kami, umat-Mu.
Mgr Dominikus Saku