HIDUPKATOLIK.com -Â Kelompok militan Islam Maute yang berafiliasi dengan IS menyerang kota Marawi, Filipina. Kardinal Orlando Quevedo meminta masyarakat Filipina tidak menebarkan kebencian.
KELOMPOK bersenjata yang berafiliasi dengan jaringan Islamic State atau IS menyerang Marawi, Mindanao, Filipina. Sejumlah bangunan dan Gereja Katolik Santa Maria dibakar. Lebih dari sepekan, ratusan orang, baik sipil, tentara Filipina, dan teroris tewas.
Peristiwa itu memantik kemarahan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. Ia telah menetapkan darurat militer untuk Mindanao. “Janji kampanye saya adalah membasmi teroris,†katanya dalam sela-sela kunjungan di Moskow, Rusia.
Pemerintah Filipina menyebut, kelompok bersenjata itu merupakan kelompok Negara Islam Lanao atau dikenal juga dengan nama kelompok Maute yang berafiliasi dengan IS. Nama kelompok ini diambil dari nama pendirinya, Abdullah Maute.
Kelompok Maute dipimpin Isnilon Hapilon, salah satu terduga teroris yang paling dicari di dunia. Presiden Duterte menanggapi serius kebangkitan pesat kelompok militan yang terkait dengan IS.Itu adalah ancaman terhadap keamanan nasional.â€
Filipina memiliki beberapa kelompok pemberontak. Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan Tentara Rakyat Baru (NPA) yang merupakan sayap†partai Komunis Filipina. Namun aksi-aksi keji justru dilakukan kelompok teroris yang berafiliasi dengan jaringan teroris internasional. Bahkan kelompok MILF telah menawarkan diri membantu pemerintah untuk menumpas kelompok radikal.
Bukan Islam
Krisis di Marawi telah memantik pandangan negatif masyarakat Filipina terhadap Islam. Namun, Uskup Agung Cotabato, Kardinal Orlando Quevedo menentang pandangan itu. “Intoleransi dan diskriminasi terhadap umat Islam bukanlah hal yang baru, namun tanda-tanda fenomena ini nampaknya terus meningkat dalam beberapa hari ini, karena krisis di Marawi,†katanya seperti dilansir situs Konferensi Uskup Filipina, cbcpnews.net, (2/6).
Kardinal pertama dari Mindanao ini menekankan agar umat Kristen segera menghentikan kebencian terhadap Islam. Kardinal Quevedo dikenal sebagai juru damai antara kelompok Islam dengan pemerintah. Ia mengatakan, banyak orang, terutama yang di luar Marawi, ketika mendengar cerita tentang pengungsi, prasangka buruk terhadap Islam meningkat. “Saya katakan, biarkan mereka tinggal selama dua atau tiga minggu bersama orang-orang Muslim di Cotabato.†Wilayah Cotabato dikenal memiliki tingkat toleransi kehidupan antarumat beragama yang tinggi.
Para Uskup di daerah Mindanao, sebelumnya mendukung status darurat militer di Mindanao paska krisis Marawi meletus. Tetapi mereka meminta agar status darurat itu hanya bersifat sementara dan mesti menjadi opsi terakhir setelah semua jalan damai ditempuh.
Karena itu, lanjut Kardinal Quevedo, seiring berjalannya waktu, status darurat militer akan terus dievaluasi. Dia mengatakan, ada banyak masalah di Mindanao yang perlu ditangani, mulai dari obatobatan terlarang hingga korupsi. “Saya ingin melihat beberapa hal yang benar-benar dicapai secara definitif, perubahan budaya dari impunitas ke budaya akuntabilitas dan transparansi. Itu yang terpenting,†tegas Kardinal Quevedo.
Edward Wirawan