HIDUPKATOLIK.com - “SELAMAT ulang tahun, panjang umur, murah rezekiâ€. Demikian ungkapan untuk menyapa seseorang yang merayakan hari jadinya. Pada hari ini ucapan itu kita sampaikan kepada saudari-saudara kita seiman, sesama warga Gereja. Hari Pentakosta adalah hari jadi Gereja. Bukan sebagai lembaga atau organisasi atau gedung, melainkan sebagai persekutuan orang-orang percaya yang “dibaptis menjadi satu tubuh dan diberi minum dari satu Roh†(1Kor 12:13).
Kristus yang bangkit secara tak disangka-sangka mendatangi para murid-Nya yang sedang dilanda kesedihan, kekecewaan, dan amarah tercampur ketakutan. Kendati pintu-pintu rumah terkunci, tiba-tiba Yesus berdiri di tengah-tengah mereka, menyapa mereka dua kali dengan berkata, “Damai sejahtera bagi kamuâ€. Karena sukacitanya, para murid hanya terperangah tanpa dapat berkata sepatah kata pun. Yesus pun melanjutkan tindakan-Nya yang menggemparkan itu dengan mengembusi mereka seraya bersabda: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada†(Yoh 20:22-23).
Roh yang dihembuskan Yesus atas para murid-Nya adalah Roh Allah sendiri. Penuh dan kuat kuasa. Roh itu melayang-melayang di atas alam semesta pada awal penciptaan (Kej 1:2). Roh itu mengantar Yesus ke padang gurun untuk dicobai iblis dan memampukan Yesus untuk mengatasi godaan itu (Luk 4:1). Roh itu mengumpulkan dan memenuhi semua orang yang percaya dengan daya dan kuasa-Nya, sehingga mereka mampu dengan berani dan penuh sukacita mewartakan “perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah†(Kis 2:1, 4, 11).
[nextpage title=”Renungan Minggu, 4 Juni 2017 : Roh Pencipta Penuh Kejutan”]
Peristiwa Pentakosta adalah pembalikan dari tragedi menara Babel (Kej 11:1-9). Karena kesombongan, kedegilan, dan kerasnya hati, manusia memberontak dan tidak mau tunduk kepada kuasa dan perintah-perintah Allah. Mereka bahkan mau membuktikan dirinya mempunyai kuasa yang setara dengan kuasa Allah. Mereka pun membangun menara Babel untuk dapat “mengintip†ke dalam kediaman Allah.
Bukan kebahagiaan melainkan kemalangan yang mereka tuai dengan pemberontakan itu. Mereka yang tadinya bersatu, kemudian tercerai-berai; yang sebelumnya saling mengerti satu sama lain, sesudah itu tidak saling memahami. Dosa membungkam dan melumpuhkan seseorang, memecah-belah, dan mencerai-beraikan umat manusia. Tali komunikasi dengan Allah dan sesama bahkan dengan ciptaan lainnya terputus karenanya.
Sebaliknya, mukjizat Pentakosta membuka pintu-pintu hati yang tertutup rapat, melepaskan ikatan lidah yang terkancing kelu! Para murid menjadi manusia baru yang berani keluar dari diri sendiri dan tanpa gentar bersaksi di depan sidang majelis ulama agama Yahudi yang mengadili mereka. Orang-orang biasa menjadi luar biasa. Orang sederhana disulap oleh Roh Kudus menjadi cerdas sehingga para ulama pun tak mampu bersoal jawab dengan mereka. Kepada para elite politik dan keagamaan Yahudi yang melarang mereka untuk bersaksi tentang kuasa Yesus yang bangkit, Petrus dan Yohanes dengan tegas dan lantang memberikan sanggahan dan tantangan. “Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kamu dengar†(Kis 4:19-20).
Sudah dua ribu tahun lebih Gereja yang dibangun Roh Pencipta dan Pembaru penuh kejutan hadir di bumi kita. Tak terhingga banyaknya karya-karya agung Allah hadir di tengah manusia selama kurun waktu itu. Firman tentang Roh Kebenaran yang memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran (Yoh 16:13) sudah kita dengarkan. Kita sudah “dibaptis dengan Roh Kudus†(Kis 1:5) dan “diberi minum dari satu Roh†(1Kor 12:13). Kobaran api Roh Kudus tetap menyalakan hati setiap umat beriman dan seluruh Gereja. Adakah kehadiran Gereja di seluruh Bumi Persada menghangatkan hati yang beku, menyatukan yang tercerai-berai, mendamaikan yang berselisih, membawa penghiburan bagi anak-anak Ibu Pertiwi yang berduka? Veni Creator Spiritus, Datanglah, ya Roh Pencipta!
Mgr Petrus Boddeng Timang