HIDUPKATOLIK.com – PENYEBARAN pesan intoleran ataupun kebencian belakangan ini cenderung meningkat. Pesan-pesan atau informasi yang bertebaran secara masif beredar tanpa verifikasi dan konfirmasi, sehingga membuat susah untuk membedakan mana informasi yang benar dan palsu. Demikian paparan Dirjen Bimas Katolik Eusabius Binsasi dalam Seminar Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) 2017 yang diselenggarakan Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di aula STIKOM Yos Sudarso, Purwokerto, Jawa Tengah, Sabtu, 27/5.
Lanjut Eusabius, informasi yang menyebar cepat kadang dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk berbagai kepentingan. Dalam konteks luas, berita-berita tanpa sumber dan data jelas atau hoax ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi membutuhkan peran media dan masyarakat untuk ikut mengatasi. “Saat ini sedang dikaji sebuah rumusan bagaimana memanfaatkan media sosial secara bijaksana untuk menghindari informasi atau berita hoax dengan landasan agama,†kata Eusabius seperti diberitakan kemenag.go.id, Minggu, (28/5).
Di Kementerian Agama, menurut Eusabius, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin telah berkali-kali mengingatkan agar semua pihak bisa memanfaatkan perkembangan teknologi dengan bijaksana. Sebagaimana yang pernah disampaikan Menteri Agama, dunia maya sejatinya adalah cerminan hati, maka aktivitas yang terekam secara digital adalah gambaran dari isi pikiran yang biasanya tak nampak di dunia nyata. “Karena itu, hoax perlu dilawan. Melawan hoax, menjaga hati,†tegas Eusabius.
Melihat situasi bangsa seperti ini, Eusabius berharap agar umat Katolik menerapkan ajaran Gereja Katolik yang sudah jelas dengan aturan larangan berdusta atau berbohong sebagaimana tertuang dalam salah satu butir sepuluh perintah Allah.
Dan untuk mengatasi hoax, Eusabius menawarkan beberapa solusi untuk kalangan umat Katolik yaitu: Pertama, Pemerintah dan Gereja Katolik harus terus menerus memberikan bimbingan kepada masyarakat Katolik agar paham dan komit kepada tujuan utama diturunkannya agama yakni melindungi martabat kemanusiaan serta menjaga kelangsungan hidup dan perdamaian umat manusia. Kedua, Pemerintah bersama penggiat/aktivis Katolik di bidang komunikasi melakukan sosialisasi bahaya isu-isu liar yang berkembang di media sosial. Ketiga, semua pihak berpartisipasi aktif dalam memerangi hoax maupun isu intoleransi yang berpotensi memecah belah bangsa. Keempat, mengedepankan informasi yang akurat dan terpercaya melalui media yang diakui secara resmi, dan yang kelima, memperbanyak forum-forum dialog.
Selain lima solusi untuk mengatasi hoax tersebut, Eusabius juga berharap agar masyarakat terus menjaga persatuan bangsa Indonesia. “Segenap pihak dan masyarakat juga harus menjaga Indonesia agar kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran seperti yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini bisa terwujud,†pungkasnya.