HIDUPKATOLIK.com – TIM Komisi Komsos Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang tengah menggelar workshop penulisan kreatif dalam Pekan Komsos Nasional (PKSN) di Purwokerto, didaulat untuk memberikan sharing kepenulisan kepada  para santri mahasiwa-mahasiswi dari Pesantren An Najah, Kutasari, Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu, 24/5 malam. Fasilitator pelatihan penulisan kreatif Komsos KWI, AA. Kunto dan A. Margana, seusai mengadakan pelatihan penulisan, diundang untuk berkunjung ke pesantren mahasiswa tersebut seperti diberitakan dalam siaran berita yang dikirim Komsos KWI kepada Redaksi HIDUPKATOLIK.com, Kamis, (25/5).
Dalam kunjungan itu, AA Kunto berkesempatan berbicara di depan sekitar 100 orang santri mengenai masalah kepenulisan. Pengasuh Pesantren An Najah, KH Mohammad Roqib, menjelaskan bahwa ia selalu menanamkan nilai-nilai keterbukaan kepada para santrinya. “Saya tanamkan agar para santri memiliki pandangan yang terbuka dan bisa bekerjasama dengan siapa saja,†kata dosen Program Pascasarjana IAIN Purwokerto itu.
Beberapa kali, kata KH Mohammad Roqib, pesantren khusus untuk mahasiswa dan mahasiswi itu  menerima sejumlah frater untuk live in di sana. “Mereka tinggal di sini, makan ala pesantren. Mereka senang dan tetangga pun tak tahu kalau mereka itu frater karena di sini mereka ikut pakai sarung dan kopiah,†kata Ketua FKUB Purwokerto itu.
Dalam Pekan Komsos Nasional di Keuskupan Purwokerto, Pesantren An Najah mengirim lima santriwati untuk mengikuti workshop penulisan kreatif 24-25 Mei. Di dalam workshop, mereka menawarkan kepada para peserta, yang sebagian besar utusan dari berbagai paroki dan sekolah Katolik di Keuskupan Purwokerto, untuk mengikuti diskusi kepenulisan dan sastra di Pesantren An Najah. Kegiatan para santri di bidang seni tulis dan sastra diwadahi dalam “Pondok Penaâ€, yang setiap bulan menggelar diskusi terbuka untuk pihak luar pesantren.
Pesantren An Najah, menurut KH Mohammad Roqib, didirikannya sekitar sepuluh tahun lalu. Pesantren yang dikhususkan bagi mahasiswa dan mahasiswi itu kini dihuni sekitar 200 santri yang berasal dari berbagai daerah, termasuk empat orang dari Thailand. Sehari-hari para santri kuliah di sejumlah perguruan tinggi di Purwokerto seperti Universitas Soedirman, IAIN Purwokerto, dan lain-lain.
A. Nendro Saputro