HIDUPKATOLIK.com – TIDAK ada negara manapun di dunia yang sungguh beragam suku, budaya dan agamanya seperti negara Indonesia. Apabila dalam negara yang beragam ini terjadi beberapa gesekan kecil hal itu wajar, namun harus segera diselesaikan. Demikian pesan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat bertemu dengan tokoh lintas agama yang tergabung dalam Asosiasi Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), di Istana, Bogor, Jawa Barat, Selasa, 23/5, siang.
“Kalau kita ini ada gesekan-gesekan kecil, ya wajar, tapi segera selesaikan, segera rampungkan. Jangan sampai dibawa berbulan-bulan persoalan-persoalan yang sebetulnya bisa diselesaikan dengan cepat,†tutur Presiden seperti dikutip dalam laman Sekretariat Kabinet Republik Indonesia setkab.go.id, Selasa, (23/5).
Meski terdiri dari beranekaragam, menurut Jokowi, kerukunan, toleransi, persaudaraan, dan persatuan di Indonesia yang memiliki 17.000 pulau, 516 kabupaten/kota, 34 provinsi, lebih dari 700 suku, dan 1.100 lebih bahasa lokal ini dikagumi banyak negara lain. Pada berbagai kesempatan, Jokowi selalu menerima pernyataan kagum dari pemimpin negara-negara lain dengan persatuan bangsa Indonesia. Salah satu contoh, waktu Jokowi bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani. Jokowi waktu itu mendapat pesan agar menjaga betul kerukunan dan persatuan bangsa. “Jangan biarkan 250 juta lebih penduduk Indonesia berantem gara-gara 1.000, 2.000, dan 10.000 orang. Jangan korbankan rakyat,†ungkap Jokowi mengutip pesan Presiden Ashraf Ghani.
Dalam kesempatan bertemu dengan FKUB ini, Presiden Jokowi meminta para tokoh lintas agama untuk menjelaskan aneka persoalan yang kadang bermuara ke ranah politik. Oleh karena itu ia meminta agar para tokoh agama dan masyarakat bisa memilah antara persoalan agama ataupun hukum.  “Berikan pemahaman kepada masyarakat yang mana wilayah politik, yang mana wilayah hukum, yang mana wilayah agama, biar pilah-pilah, pisah-pisah, jangan dicampur aduk. Kita sekarang ini mulai campur aduk,†tutur Presiden.
Presiden juga mengajak agar peristiwa yang terjadi dalam delapan bulan terakhir untuk direnungkan sehingga masyarakat bisa belajar lewat pengalaman dan dapat semakin matang dalam berpolitik. “Kita semuanya kembali fokus kepada tujuan utama kita berbangsa dan bernegara. Jangan kita terframing, terjebak pada isu-isu seperti enam-delapan bulan ini yang menghabiskan energi kita, menghabiskan tabungan energi kita untuk hal-hal yang sebetulnya bisa kita pakai untuk memajukan negara ini, membentuk negara kita Republik Indonesia ini,†tuturnya.
Presiden juga meminta para tokoh masyarakat mengajak masyarakat untuk tidak berdebat membahas masalah yang bisa diselesaikan dengan musyawarah. “Jangan kita ini saling menghujat padahal energi itu bisa kita pakai untuk membangun negara ini. Jangan kita saling menyalahkan yang menghabiskan tenaga dan pikiran kita padahal energi itu bisa kita pakai untuk membangun negeri,†tegas Jokowi.