SEKELOMPOK buto (raksasa) bertarung dengan beberapa kesatria tepat di pintu depan Katedral St Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari Semarang, 20/5. Pertarungan berlangsung sengit, para kesatria yang melambangkan Roh Kebaikan berusaha menyingkirkan raksasa yang menjadi perlambang roh jahat. Berkat perjuangan yang berani, Roh Baik pun berhasil menyingkirkan roh jahat.
Namun perjuangan ini belum selesai, pertempuran itu ternyata untuk menyiapkan jalan bagi seseorang yang ingin melewati pintu itu. Pertanyaan siapa yang akan melewatinya terjawab, saat raksasa yang tadinya menjadi penghalang di depan pintu akhirnya menjadi sosok yang menggotong tandu yang di dalamnya duduk orang yang telah lama di nanti untuk masuk menuju ke dalam Katedral
Itulah sebuah pementasan teater singkat yang mengawali perarakan saat dimulainya Misa Stational Perdana Mgr Robertus Rubiyatmoko. Misa ini menjadi tanda saat sebagai uskup baru, ia masuk ke Katedral sebagai pusat dan titik tolak penggembalaannya di Keuskuapan Agung Semarang.
Nuansa Budaya Jawa sangat kental di awal Perayaan Ekaristi sore itu. Mgr Rubiyatmoko mengungkapkan, rasa rasanya perayaan Ekaristi pada sore hari ini jauh lebih meneganggkan dari pada yang kemarin. Saat ia diarak dengan tandu, ternyata mengingatkannya di masa kecilnya yang sudah terbiasa naik di atas kerbau. “Saat kecil saya biasa naik kerbau, nunggang kebo ki biasa, malah pernah jatuh dari kerbau punya teman…tapi tadi rasanya wedi tibo apalagi sing nggowo buo kabeh (tadi seperti takut jatuh, apalagi yang membawa raksasa semua),†canda Mgr Rubiyatmoko.
Mgr Rubiyatmoko mengungkapkan misa ini adalah langkah awal seorang uskup baru untuk memulai karya perutusannya di sebuah keuskupan. “Ini adalah ungkapan yang sangat dalam bagaimana Gereja mencoba untuk mengungkapkan keyakinan bahwa Allah melalui Uskupnya senantiasa menggembalan umatnya mulai detik sang gembala ditahbiskan.â€
Pergulatan murid-murid perdana untuk mengikuti Yesus tidaklah mudah. Namun penderitaan yang mereka alamai, ungkao Mgr Rubiyatmoko, tidak meluluhkan semangat mereka untuk pergi mewartakan kabar sukacita. “Tidak sedikit dari para murid yang rela mengorbankan diri seperti Kristus demi mewartakan Sabda Tuhan.â€