web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Mgr Rubiyatmoko Soal Gaya bicara yang “Nyrempet-nyrempet”

Rate this post

SAAT menjalankan tugasnya sebagai Dosen Hukum Gereja di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, Mgr Robertus Rubiyatmoko terkenal sebagai sosok yang ceplas-ceplos. Beberapa bahkan mengatakan bahwa gaya bicaranya yang cenderung vulgar. Sadar akan hal ini, Mgr Rubiyatmoko sempat menjadikan serba-serbi ini pada awal sambutannya di akhir tahbisannya sebagai Uskup Agung Semarang di Lapangan Bayangkara, Akpol Semarang, 19/5.

Di kalangan para Romo, suster, bruder, frater dan umat pada umumnya, kata Mgr Rubiyatmoko, muncul dua pertanyaan. Ia mengungkapkan pertanyaan itu pertama soal gaya bicaranya yang terkadang seneng “nyrempet-nyrempet” (vulgar-red). “Iseh saru ra yo (masih vulgar tidak ya), itu pertanyaan yang muncul,” katanya.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Mgr Rubyatomoko melanjutkan, bahwa umat tidak perlu kawatir karena dia akan menghentikan kebiasaan itu. “Untuk hal ini ga usah kawatir… langsung mati pet…, kalau pas ingat,” candanya.

“Pertanyaan kedua berkaitan dengan penampilan saya, tetap berkumis atau dicukur  klimis. Pertanyaan ini cukup menggelisahkan saya, maka saya sowan Mgr Suharyo khusus untuk bertanya soal hal ini,” canda Mgr Rubiyatmoko sekali lagi.

Gaya bicara yang penuh canda semacam ini tentu akan mewarnai setiap perjumpanya dengan umat di Keuskupan Agung Semarang (KAS). Canda kadang dibuthkan umat sebagai jembatan untuk dekat dengan gembalanya. Mgr Rubiyatmoko tentu akan tetap menjadi dirinya sendiri dengan beragam gaya dan canda-candanya untuk membawa umat KAS lebih dekat kepada Tuhan.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Pada masa penggembalaannya, Mgr Rubiyatmoko mengungkapkan bahwa menjadi uskup bukan soal penampilan saja. Ditahbiskan menjadi Uskup adalah panggilan dan perutusan yang membutuhkan kerelaan, kemauan, dan kesiapsediaan untuk menanggapi kehendak Tuhan yakni melayani umat-Nya.

Mgr Rubiyatmoko yang bercita-cita menjadi imam yang tinggal di tengah-tengah umat akan semakin dekat dengan umatnya. “Yang sejak kecil saya cita-citakan adalah ingin menjadi imam yang biasa, yang tinggal di tengah-tengah umat dan melayani umat.”

Namun Mgr Rubiyatmoko akhirnya berpasrah kepada kehendak Tuhan. Ia pun percaya akan penyertaan dan kekuatan dari Tuhan.

Antonius E. Sugiyanto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles