HIDUPKATOLIK.com - MULA-mula, Romo Agustinus Catur Prastawa SDB belajar memainkan gitar. Tapi, ia merasa tak cocok. Ia pun beralih ke keyboard. Lagi-lagi, tak cocok karena dirasa lebih sulit. Suatu hari, ia diajak seorang umat mengunjungi orang sakit. Saat berada di dalam mobil, ia mendengar alunan saksofon. “Ada bunyi saksofon yang mengalun begitu indah. Dari situlah tebersit keinginan bisa memainkan saksofon,†ujarnya.
Saat mendapat perutusan ke Paroki St Yohanes Bosco Danau Sunter, Keuskupan Agung Jakarta, tanpa sengaja ia menemukan saksofon alto yang sudah rusak di Wisma Salesian. Lewat bantuan umat, ia memperbaiki saksofon tersebut. “Kayak mimpi saja. Sepertinya saya memang cocok dengan alat musik tiup. Sebelumnya saya pernah main harmonika dan seruling,†ujar Romo Catur.
Menurut imam kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 28 Agustus 1968 ini, melalui lagu, ia bisa menyampaikan pesan rohani yang mendalam. “Tak jarang, orang tersentuh hatinya hingga menitikkan air mata ketika mendengarkan lagu atau alat musik. Bernyanyi atau memainkan alat musik juga sarana pewartaan kasih Allah.â€
Robertus Fajar R.