web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Romo Siprianus Hormat: Imam Jantung Hati Yesus Berbau Domba

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – PADA akhir Misa Pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) UNIO Indonesia (UNINDO) ke-XII yang berlangsung di Katedral St Maria Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), Selasa, 2/5, Ketua UNINDO periode 2014-2017, Romo Siprianus Hormat menyampaikan pesan-pesannya dalam sambutan di akhir Misa.

Sambutan yang diberi judul “Imam Jantung Hati Yesus Berbau Domba” itu menyoroti dua karakter dasar para imam diosesan yang diharapkan dapat sebagai ‘jantung hati Yesus’ sekaligus ‘imam bagi umatnya’. Dengan dibuka salam, “Sehati dan sejiwa dengan umat membangun Gereja yang semakin beriman, mandiri dan missioner”, berikut uraian lengkap isi sambutan pastor diosesan yang kini menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif KWI tersebut:

“Sentire cum Ecclesia”, merasa senasib dan sepenanggungan dengan Gereja semesta dalam hal kasih dan kesetiaan adalah panggilan sekaligus jati diri umat Katolik di seluruh dunia. Semangat Gereja Universal ini lebih khusus lagi merasuki para Imam yang dipanggil dan dipilih untuk suatu perutusan khusus dari Tuhan sendiri, di bawah penggembalaan Paus dan para Uskup.
 
Masih segar dalam ingatan kita akan perayaan “Tahun Imam” yang dicanangkan Paus Benediktus XVI (19 Juni 2009 – 19 Juni 2010) dalam rangka 150 tahun peringatan “dies natalis” St Yohanes Maria Vianney, seorang Imam paroki dari Ars. Ia adalah Pelindung para Imam. Kala itu Paus Benediktus XVI mengajak para imam untuk memperdalam komitmennya pada pembaruan batin demi kesaksian Injil yang mengena pada zamannya sambil berpegang teguh pada jati diri asali seorang imam sebagai “Jantung hati Yesus”.
 
Dalam rangka memperdalam komitmen batin seorang imam, Paus Benediktus XVI, meresiter kembali kata-kata magis dari hati seorang Pastor sederhana dan kudus dari Ars itu: “Imam adalah Jantung Hati Yesus. Andai di dunia ini kita sepenuhnya sadar akan siapa itu imam, kita akan mati, bukan karena ketakutan, melainkan karena cinta… Tanpa imam, wafat dan sengsara Tuhan kita Yesus Kristus tak akan ada artinya sama sekali. Imamlah yang melanjutkan karya penebusan di dunia. Apakah gunanya sebuah rumah penuh emas berlimpah, jika tak ada seorang pun yang membukakan pintunya bagimu! Imam memiliki kunci harta pusaka surgawi; imamlah yang membukakan pintunya bagimu; imam adalah pelayan Allah yang baik, penyalur harta kekayaan-Nya. Biarkan suatu paroki tanpa imam selama dua puluh tahun; maka umat akan menyembah berhala. Seorang imam bukanlah imam bagi dirinya sendiri, ia adalah imam bagi kalian.” (Lihat Surat Bapa Suci Paus Benediktus XVI saat Mencanangkan Tahun Imam dalam rangka Peringatan 150 Tahun “Dies Natalis” Seorang Imam Paroki dari Ars).
 
Di sini kita memahami ada dua karakter dasar yang selalu melekat dan menyatu pada diri seorang imam: Ia adalah ‘jantung hati Yesus’, tetapi juga sekaligus ‘imam bagi umatnya’. Anjuran Apostolik Evangelii Gaudium (Sukacita Injil) yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus pada 23 November 2013 memberi perhatian khusus pada aspek ‘imam bagi umatnya’. Paus sangat mengharapkan agar para gembala hendaknya selalu membangun kesatuan dengan umat secara utuh, lahir dan batin. “… para pewarta Injil memiliki “bau domba” dan domba pun mau mendengarkan suara mereka” (EG. 24).
 
Harapan ini tidak terlepas dari keprihatinan yang beliau rasakan, bahwa para tenaga pastoral, khususnya para imam sering terbuai oleh kebebasan pribadi yang berlebihan dan gaya hidup santai, sehingga mereka mudah jatuh dalam sikap individualis, kurang bersemangat, mudah bosan dalam menjalani pelayanannya (EG. 78). Waktu dan tenaga yang diberikan untuk evangelisasi sangat sedikit (EG. 79). Mereka sering membuat rencana dan kebijakan hanya untuk mendapatkan kemuliaan diri dan pengakuan dari orang lain. Pelayanan sering dirasa sangat melelahkan, kurang menyenangkan dan hanya memberi kekecewaan dalam hidupnya (EG. 82). Mereka sering beranggapan bahwa semua baik-baik saja, padahal imam umat sedang melemah, umat malas pergi ke gereja atau malah pindah gereja lain.
 
Seruan Paus agar para imam “berbau domba” tersebut tentu penting dan menarik untuk direnungkan oleh para imam diosesan. Imam diosesan sebagai tulang punggung keuskupan sudah semestinya berakar, bertumbuh, berkembang dan berbuah bersama umat. Imam diosesan lahir dari umat, hidup di dalam umat dan bekerja untuk umat. Dengan demikian, kesatuan antara para imam diosesan dengan umat mutlak diusahakan. Imam diosesan yang sehati dan sejiwa dengan umat dalam kata dan karya akan membuat para imam sungguh-sungguh berbau domba dan sebaliknya domba juga berbau gembala. “Gembala dan domba” saling kenal dan berjalan bersama dalam rangka menghadirkan Kerajaan Allah.
 
Dua karakter dasar seorang imam ini harus sejalan dan tak pernah boleh dipisahkan. Menekankan pada salah satu karakter saja akan membuat seorang imam jatuh dalam salah satu ekstrem: Ada imam yang sibuk melayani Tuhan di sekitar ‘altar’ (dimensi horizontal, realitas umat yang dilayani). Ada juga imam yang sibuk terlibat aktif dalam kehidupan umat melalui macam-macam kegiatan sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan umat sampai lupa diri sebagai seorang Imam yang adalah ‘jantung hati Yesus’.
 
Momen istimewa Musyawarah Nasional UNIO ke-12, di Keuskupan Agung Palembang ini, hendaknya dijadikan kesempatan untuk memaknai kembali secara baru karakter diri seorang imam di tengah umatnya. Seorang imam harus terlibat di dalam dunia, ‘berbau domba’ menyatu dengan segala kegelisahan dan kegembiraan, keputusan dan pengharapan, dukacita dan sukacita, kegagalan dan kesuksesan umat. Ia larut dalam segala cara untuk menggarami dunia ini, namun tidak hanyut di dalamnya karena ia adalah juga ‘jantung hati Yesus’.
 
Saya mengucapkan selamat atas berlangsungnya Munas UNIO ke-12 ini. Terima kasih untuk kita semua yang terlibat dalam menyukseskan kegiatan ini. Semoga buah-buah kebaikan yang dihasilkan dari Munas ini menutrisi diri kita agar segar kembali dalam menghayati diri sebagai imam dan kemudian menular kepada rekan-rekan imam kita khususnya di Keuskupan kita masing-masing. Kita membawa semangat baru bersama untuk senantiasa merumuskan diri dalam karya nyata seorang Imam Jantung hati Yesus yang Berbau Domba.
 
Tuhan memberkati.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles