HIDUPKATOLIK.COM-RAPATÂ Senat Terbuka Luar Biasa dalam rangka Wisuda Sarjana Negara Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero program S1 Filsafat Periode II Tahun Akademik 2015/2016, Periode I Tahun Akademik 2016/2017 dan Program S2 Teologi Tahun Akademik 2016/2017 berlangsung di Aula St. Thomas Aquinas, Ledalero, Sabtu, 29/04. Dalam Sidang Wisuda ini 190 Sarjana dan Magister yang baru menamatkan pendidikan filsafat dan teologi dalam dua tahun terakhir diwisuda. Hadir dalam Wisuda tersebut Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama Republik Indonesia, Koordinator Kopertis Wilayah VIII (Bali-Nusra), Pejabat Pemerintah Provinsi NTT, Para Pimpinan Biara dan Seminari Tinggi, dan Ketua Yayasan Persekolahan St. Paulus Ende (YASPA). Acara wisuda ini dipimpin langsung oleh Ketua STFK Ledalero, P. Bernardus Raho dengan didampingi oleh senat dosen.
Para wisudawan/wisudawati yang dikukuhkan pada hari ini umumnya sudah berada di tempat kerja masing-masing terutama para calon imam yang menjalankan tahun orientasi pastoral. Mereka tersebar di seluruh Pulau Flores dan di beberapa tempat lain (menjadi misionaris). Mereka datang bersama keluarga dan kenalan masing-masing.
Dalam Pidatonya, Pater Bernard Raho pertama-tama mengucapkan selamat kepada para wisudawan/wisudawati. Selain itu, P. Bernard juga mengucapkan terima kasih kepada para dosen, orang tua, pembimbing akademik, dan semua pihak yang telah membantu para wisudawan/wisudawati dengan dedikasinya. Beliau juga menegaskan bahwa STFK Ledalero selalu mengikuti regulasi pemerintah dalam menjalankan proses pendidikan. “Di wilayah Kopertis VIII, pertemuan sosialisasi regulasi perguruan tinggi konsisten dan teratur dilakukanâ€, ungkap P. Bernard. Akan tetapi, P. Bernard juga secara tegas mengingatkan pentingnya menjalankan proses pendidikan sejati yang jauh dari kepentingan administratif semata. Menurutnya, banyak dosen di Indonesia sekarang ini seringkali sibuk dengan urusan pangkat dan jabatan demi mendapatkan tunjangan profesional, tetapi melupakan kesejatian pendidikan sebagai upaya menciptakan manusia berintegritas. Di akhir pidatonya, P. Bernard mengungkapkan rasa bangganya atas prestasi STFK Ledalero di tingkat regional maupun nasional. “STFK Ledalero patut berbangga karena cukup banyak dari antara para mahasiswa/mahasiswi STFK Ledalero yang berhasil menerbitkan buku ber-ISBN, artikel-artikel di media massa dan memenangkan perlombaan sampai di tingkat nasionalâ€, ungkapnya. Beliau juga berharap bahwa para wisudawan/wisudawati pulang membawa sesuatu yang berharga kepada masyarakat dan umat.
Sementara Dirjen Bimas Katolik mengucapkan terima kasih kepada STFK Ledalero karena telah menghasilkan banyak manusia unggul. “STFK Ledalero melahirkan lagi banyak cendikiawan yang unggul. Para wisudawan/wisudawati ini tentunya sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakatâ€, ungkap Dirjen. Beliau juga menegaskan bahwa di tengah maraknya situasi intoleransi di negeri ini, para wisudawan/wisudawati harus pulang kepada masyarakat membawa solusi, bukan masalah. Sedangkan Koordinator Kopertis Wilayah VIII mengatakan bahwa para wisudawan baru hendaknya memiliki kecerdasan sebagai cendekiawan. “Para wisudawan/wisudawati mesti cerdas secara spiritual, intelektual, dan emosional untuk bisa menjadi cendikiawan berintegritas, berwawasan ekologis, arif, dan percaya diriâ€, tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, dalam orasi Ilmiahnya yang berjudul “STFK Ledalero dan Filsafat Sebagai Ilmu Kritis,†Silvano Keo Bhagi menyatakan pentingnya peran filsafat dalam kehidupan masyarakat, terutama sebagai ilmu yang kritis terhadap banyak kejanggalan sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Menurutnya, STFK Ledalero mesti senantias turun gunung untuk menjumpai masyarakat dan umat yang sedang dilanda masalah sosial ketidakadilan dan penindasan. “ Filsafat sebagai ilmu kritis yang dilakukan di STFK Ledalero tidak boleh hanya sekadar teori yang disabdakan dari mimbar kuliah, melainkan mesti menjadi praktik pembebasan yang berpihak pada orang miskin. Bila ada persekongkolan antara penguasa dunia dengan pemimpin Gereja, STFK Ledalero tidak boleh menjadi hanya sekadar dumpul dan boneka yang bisa dipermainkan sesuka hati, tetapi mesti menantang persekongkolan itu agar tidak menindas manusia yang lemah dan miskin di dunia iniâ€, ungkap Silvano.
Laporan: Fr Aldo (Maumere)
Editor :Yusti H. Wuarmanuk