HIDUPKATOLIK.com -Â Pekan Paskah IV; Kis 11:1-18; Mzm 42:2-3, 43:3-4; Yoh 10:11-18
SEPULANG dari Kaisarea untuk bertemu dengan Kornelius (Kis 10: 1-48), Petrus di interograsi oleh kelompok yang disebut “golongan bersunat†sehubungan dengan kunjungan Petrus “ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka†(ay. 2-3). Lalu Petrus dengan panjang lebar membela diri di hadapan para saudara seiman untuk mempertanggungjawabkan apa yang sudah ia perbuat.
Barangkali dalam hidup ini, kita tidak pernah diinterogasi di pengadilan tentang apa yang pernah kita buat dalam iman, yang dianggap melanggar tatanan yang berlaku. Tetapi dalam skala kecil, entah ditanya atau tidak, kita juga dituntut untuk mempertanggungjawabkan iman. Surat 1Ptr 3:15 dengan jelas mengingatkan, “Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu.â€
Saya kira, mempertanggungjawabkan iman merupakan sesuatu yang sangat wajar. Kita memang perlu menjelaskan apa yang kita yakini atau miliki. Meskipun kita tidak mungkin menembus tabir misteri iman, toh iman bukan suatu lompatan buta. St Anselmus mengatakan, “Fides quarens intellectum.†Ini kita lakukan bukan hanya untuk mereka saja, tetapi juga untuk meyakinkan kita sendiri.
Lalu? Beberapa tahun yang lalu, Paus Benediktus XVI mencanangkan Tahun Iman yang dimaksudkan untuk menjadi kesempatan mendalami iman kita, terutama pada dimensi intelektual. Sejauh mana kita berminat pada soal pendalaman iman? Atau kita lebih suka pakai rumus “Pokoknya�
Romo V. Indra Sanjaya