HIDUPKATOLIK.com - PARA uskup di Angola, Afrika Selatan menilai adanya rekayasa politik dari pemerintah Angola terkait permintaan untuk memperluas sinyal Radio Katolik Ecclésia. Selama 14 tahun, Gereja meminta izin perluasan sinyal radio tersebut, tapi tak kunjung dikabulkan. Demikian diungkapkan Uskup Agung Luanda sekaligus Ketua Konferensi Waligereja Angola dan São Tomé (Conference of Angola and São Tomé/CEAST) Mgr Filomeno do Nascimento Vieira Dias dalam konferensi pers. Isu ini berkembang sejak para Uskup bertemu dengan Presiden Angola, José Eduardo dos Santos.
Radio Ecclésia diluncurkan pada 1954 dan dikelola Gerakan untuk Pembebasan Angola (Movement for the Liberation of Angola/MPLA). Setelah 20 tahun, Radio Ecclésia diambil alih Gereja Katolik. Riwayat siaran Ecclésia ini nampaknya menjadi batu sandungan bagi pemerintah Angola dikarenakan mempengaruhi masalah politik di negara tersebut.
Sebelum kunjungan Paus Benediktus XVI di Angola pada 2009, para Uskup kembali merayu Presiden José Eduardo Dos Santos untuk mengizinkan stasiun radio menyiarkan program-program di seluruh negara. Sayangnya, permintaan itu tak dikabulkan. Siaran Radio Ecclésia pada frekuensi 97.5 FM untuk Luanda selama 24 jam sehari dan hanya satu jam sehari di Angola pada gelombang pendek.
Tahun 2014, Nunsius Apistolik untuk Angola, Mgr Novatus Rugambwa mengungkapkan keprihatinannya perihal sinyal Radio Ecclésia. “Masyarakat di Angola memiliki kebutuhan besar untuk memperoleh manfaat dari siaran pembangunan sosial dan siaran rohani.â€
Karina Chrisyantia