HIDUPKATOLIK.com – NARASI populisme akhir-akhir ini diperbicangkan banyak kalangan. Bahkan, di beberapa negara maju seperti daratan Eropa, populisme menjadi semacam â€hantu sosial†yang dianggap merusak peradaban dunia. Padahal populisme merupakan istilah yang digunakan untuk paham yang mengutamakan kepentingan rakyat kecil, ketimbang kalangan elite.
Bagi aktivis Yayasan Persahabatan Indonesia-Kanada, Sri Indiyastuti, populisme merupakan hal yang wajar terjadi di negara yang menganut paham demokrasi, seperti Indonesia. Demokrasi sendiri, lanjutnya, mengutip pendapat filsuf Perancis Jacques Rancière bersifat disensus atau merusak tatanan sosial. Karena itu, tambah Sri, Rancière menyarankan agar populisme perlu diimbangi dengan solidaritas.
“Jangan terburu-buru memberi cap sebuah gerakan sosial sebagai perusuh yang harus ditumpas atau dibungkam. Terbukalah pada kemungkinan munculnya subyek-subyek sosial baru agar tidak jatuh pada praktik negara yang otoriter,†sarannya dalam seminar bertajuk “Kedudukan Rakyat dalam Populisme dan Demokrasi”, di STF Driyarkara, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin, 27/3.
Sementara peniliti senior Center for Strategic and International Studies (CSIS), J. Kristiadi, tak memungkiri ada oknum yang menunggangi gelombang massa untuk kepentingan jahat. Sehingga, rakyat saling membeci satu sama lain. “Semakin besar angka yang diperoleh semakin besar kekuasaannya, semakin mendapatkan massa yang banyak, semakin besarlah pula kesempatan untuk meruntuhkan lawan politiknya,†ujar Kris.
Demi meminimalisir dampak buruk itu, Kris berharap ada pendidikan politik bagi kaum muda agar dapat membangun karakter yang baik.
Karina Chrisyantia