HIDUPKATOLIK.com -Â Pekan Prapaskah II; Mi 7:14-15,18-20; Mzm 103; Luk 15:1-3,11-32
PERUMPAMAAN ini terbagi dalam dua bagian. Pertama adalah kisah sang ayah yang telah kehilangan anaknya, tetapi kemudian menemukannya kembali, dan yang sebelumnya meyakini anaknya telah mati, tetapi kemudian hidup kembali (lih. ay 24). Kedua adalah mengenai sang anak sulung yang tidak mau bersama dengan “adiknya†yang telah berdosa (lih. ay 28). Konteks perumpamaan ini adalah kecaman dan kritik dari kaum Farisi dan para ahli Taurat terhadap sikap Yesus yang “menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama mereka†(Luk 15: 2).
Lalu apa kata Yesus kepada para pengecamnya itu? Mereka harus melepaskan diri dari alienasi yang mereka ciptakan sendiri. Seperti si anak sulung, mereka terus menerus menilai diri mereka sebagai pelayan yang menuntut imbalan. Mereka tidak mau menjadi bagian dari “orang banyak yang ada di lingkaran Yesusâ€, karena mereka merasa spesial. Seperti si anak sulung, mereka juga hanya bisa bersukacita dengan “sahabat-sahabat†mereka saja (bdk. ay 30). Seperti sang bapak, Allah menginginkan umat-Nya untuk “selalu bersama-sama dengan Aku†(bdk. ay 32). Melalui kebersamaan dengan Allah ini, pandangan dan penilaian terhadap sesama (yang paling hina pun) akan berubah.
Henricus Witdarmono