HIDUPKATOLIK.com – Pekan Prapaskah II; Yer 18:18-20; Mzm 31; Mat 20:17-28
DIALOG soal pangkat antara ibu anak-anak Zebedeus, para murid, serta Yesus, berakhir dengan tantangan “Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum?†(Mat 20:22). Meskipun mereka menjawab secara afirmatif, Yesus menunjuk pada sesuatu yang lebih tinggi, yaitu “kehendak Allahâ€.
Dalam Perjanjian Lama, cawan dari Allah itu tidak hanya menggambarkan penderitaan (lih Mzm 75:8), tetapi juga penghakiman dari Allah (lih Yes 51:17; Yer 25:15; Yeh 23:33). Maka, berada dalam lingkaran di sisi Yesus, tidak hanya ikut menderita bersama-Nya, tetapi juga mengikuti kehendak Allah dalam hidup sehari-hari, dan kehendakNya adalah “bila ingin besar, hendaknya menjadi pelayan … bila ingin terkemuka, hendaknya menjadi hamba … sama seperti Putra Manusia … yang melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang†(ay. 26-28).
Patuh pada kehendak Allah merupakan tema utama kemuridan. Jiwa dan nyawa dari ambisi, hobi, cita-cita, dan keinginan pribadi, harus dimatikan. Nyawa itu diganti dengan api kehidupan kehendak Allah, yang hanya diperoleh melalui kesatuan dengan Yesus dalam perjalanan-Nya menuju salib dan kebangkitan. Itulah mengapa untuk pengertian “mengikutiâ€, Matius selalu menggunakan ungkapan Yunani, akolouthein, yang artinya berada dalam satu keleuthos, ‘jalan’. Jalan hidup Yesus, bukan lagi jalan hidup kita pribadi; jalan itulah yang harus ditempuh oleh setiap murid-Nya.
Henricus Witdarmono