HIDUPKATOLIK.com -Â Pekan Prapaskah II; Dan 9:4b-10; Mzm 79; Luk 6:36-38
DALAM Kitab Mazmur, kemurahan hati Allah sering dikaitkan dengan unsur emosi, yaitu hati Allah sendiri (lih. Mzm 51:1; 103:13). Allah bermurah hati karena Dia adalah Kasih. Dalam kasih, tidak ada logika timbal balik, “do ut desâ€, ‘aku memberi agar engkau memberi’. Yesus minta agar kemurahan hati Ilahi itu menjadi ukuran dalam pergaulan antarmanusia.
Dalam hidup, manusia sering harus berjumpa dengan situasi di mana ia harus “menghakimi, menghukum, mengampuni, dan memberiâ€. Maka Yesus berpesan agar jangan memakai ukuran manusia, tetapi menggunakan ukuran Allah, yaitu kemurahan hati-Nya. Lukas menunjukkan kemurahan tersebut melalui kalimat pasif, “kamupun tidak akan dihakimi … (atau) tidak akan dihukum, … akan diampuni, … (dan) diberi†(ay 37b-38a). Siapa yang memberi penghakiman, hukuman, pengampunan serta rahmat itu? Allah sendiri!
Namun dalam praktik, memakai ukuran Ilahi tidak mudah. Manusia perlu mengalami lebih dahulu kemurahan hati Allah. Untuk itu, ia harus membuka diri, dan rendah hati menyisihkan “egoâ€-nya agar bisa merasakan kemurahanNya. Salah satu karya besar Bunda Teresa adalah membuat siapapun yang ditolongnya (akhirnya) merasakan kemurahan hati Tuhan. Santa Teresa dari Kalkuta jelas-jelas memakai sabda Yesus dalam Luk 6:36-38 sebagai dasar karya-karya kasihnya.
Henricus Witdarmono