HIDUPKATOLIK.com - Pekan Biasa VII; Sir 17:1-15, Mzm 103; Mrk 10:13-16
MURID-murid Yesus sering keliru. Kali ini Yesus marah karena para murid memarahi orang-orang yang membawa anak-anak kepada-Nya. Mereka tak banyak berbeda dengan masyarakat Yahudi pada umumnya yang memandang rendah dan menganggap remeh anak-anak. Yesus membuka diri-Nya menjadi sahabat siapapun, termasuk anak-anak. Ia memakai anak-anak untuk mengungkapkan kontras antara sifat anak yang lemah dan tidak berdaya, dengan orang dewasa yang merasa kuat dan penuh jasa.
Agama memang tidak serta merta membuat suci para pemeluknya, apalagi jika hanya difungsikan sebagai topeng dan alat untuk memanipulasi. Hal itu membuat manusia tumpul dan tak mampu mengenal kehendak Tuhan. Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus menuntut perubahan hati dan sikap menanggalkan kepentingan diri. Yesus menegaskan, “yang tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya†(10:15).
Yesus mengajar para murid tentang childlike, yaitu menjadi seperti anak kecil, terutama dalam sikap tidak berdaya dan sepenuhnya percaya serta bergantung kepada pihak lain. Dengan cara itulah Allah ingin kita menghadap-Nya, bukan sebagai pribadi yang merasa diri lebih hebat, lebih pandai atau lebih suci, mudah iri hati, cemburu, marah dan m erajuk, yang mencerminkan sifat kekanak-kanakan atau childish.
Maria Monica Meifung