HIDUPKATOLIK.com -Â Pekan Biasa VI; Kej 8: 6-13.20-22; Mzm 116; Mrk 8: 22-26
BACAAN pertama mengisahkan akhir dari air bah. Setelah semua selesai, Nuh keluar dari bahtera dan mempersembahkan kurban kepada Tuhan sebagai ungkapan syukur atas karya penyelamatan-Nya (ay.20). Tanggapan Tuhan yang digambarkan secara antropomorfistik amat mengharukan, “Ketika Tuhan mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah Tuhan dalam hati-Nya: ‘Ku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. …’†(ay.21-22).
Bagian pertama dari kata-kata Tuhan ini menggemakan Kej 6:5 yang menjadi alasan mengapa Ia menurunkan air bah. Kini Ia tegaskan bahwa Ia tidak akan lagi turun tangan memusnahkan kejahatan. Resikonya Ia mesti menanggung pilu di hati-Nya (bdk. Kej 6:6). Bagian kedua mengingatkan kita pada kata-kata Yesus tentang Bapa, “yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar†(Mat 5:45).
Lalu? Orang sering mengatakan bahwa Allah Perjanjian Lama adalah Allah yang kejam. Bacaan hari ini menunjukkan yang sebaliknya. Bagaimana manusia menanggapi Kerahiman Allah ini?
V. Indra Sanjaya