HIDUPKATOLIK.com - Sejak kampanye, Trump menunjukkan gejala “anti Islamâ€. Kini gejala itu mewujud dalam kebijakan yang diskriminatif. Gereja Katolik merentangkan tangan perlindungan bagi umat Islam di AS.
KECAMAN mengalir deras ke Gedung Putih. Presiden baru Amerika Serikat (AS) Donald Trump mulai melaksanakan janji kampanye yang menakutkan bagi kelompok minoritas. Ia memberi perintah agar dibangun tembok di perbatasan AS-Meksiko. Sepekan silam, ia membuat perintah baru: menangguhkan kedatangan pengungsi dan memaksakan kontrol yang keras pada wisatawan dari tujuh negara Muslim selama tiga bulan ke depan. Namun untuk para pengungsi Kristen, Trump memerintahkan agar mereka diberi prioritas tanpa penangguhan. “Ini adalah hal yang besar,†katanya di Pentagon, setelah menandatangani perintah berjudul “Perlindungan bangsa dari masuknya teroris asing ke Amerika Serikatâ€.
Menanggapi itu, Konferensi Para Uskup AS merilis pernyataan bersama para pemimpin agama lain untuk berdiri dalam solidaritas bagi minoritas, terutama bagi Muslim di AS. “Kami menyadari bahwa perintah Presiden telah menghasilkan ketakutan dan kecemasan yang tak terhitung di  antara pengungsi, imigran, dan komunitas umat di seluruh AS. Kami berdiri di sini dalam solidaritas bagi yang terkena dampak perintah itu, terutama saudara-saudari kami yang Muslim,†demikian bunyi awal pernyataan itu.
Presiden Konferensi Para Uskup AS Kardinal Daniel Nicholas DiNardo menegaskan, Gereja membela mereka yang teraniaya tanpa memandang agama. “Ikatan antara Kristen dan Muslim didirikan pada kekuatan yang tidak bisa dihancurkan, yaitu amal dan keadilan.â€
Sikap para Uskup ini mendapat dukungan umat. Emily Conron dan Christopher Hale sepakat untuk membuat Misa solidaritas sebagai bentuk penolakan terhadap perintah Trump itu. Misa yang dipimpin Pastor Quinn Conners itu berlangsung di Lafayette Square, tak jauh dari Gedung Putih. “Ini adalah gerakan dari orang-orang yang kecewa dengan perintah Presiden Trump, dan merasa ini adalah cara yang tepat; merespon dengan doa dan tindakan,†ujar Hale seperti dilansir americamagazine.org (30/1).
Konferensi Para Uskup AS mengakui bahwa pemerintah AS memiliki tugas melindungi keamanan negara. Namun Gereja memiliki pandangan agar pemerintah tetap menggunakan cara yang menghormati kebebasan beragama dan perlindungan bagi para imigran. “Ini keyakinan kita sebagai pengikut Yesus yang menyambut orang asing. Bagi saudara-saudara Muslim dan semua orang beriman, kami ada bersama kalian,†demikian penutup pernyataan itu.
Sementara Konferensi Para Uskup Meksiko menyerukan agar Trump menghormati para imigran atas nama kemanusiaan dan persaudaraan. “Hal pertama yang menyakiti kita adalah bahwa banyak orang yang memiliki hubungan keluarga, iman, pekerjaan, atau persahabatan, akan dihalangi oleh gangguan yang tidak manusiawi ini,†demikian pernyataan itu, seperti dilansir Radio Vatikan, akhir Januari.
Edward Wirawan