HIDUPKATOLIK.com -Â Pekan Biasa V; Kej 2:4b-9.15-17; Mzm 104; Mrk 7:14-23
DALAM setiap agama, ada tradisi dan aturan membersihkan diri sebelum menghadap Tuhan dalam doa. Biasanya, sarana yang dipakai adalah sesuatu yang “dari luarâ€, misal air. Argumentasinya, asal-usul kekotoran adalah lingkungan “di luar diri kitaâ€. Yesus mengubah pandangan ini. Kekotoran berasal dari “dalam diri kitaâ€, karena “apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannyaâ€. Pernyataan ini tidak hanya ditujukan kepada rombongan dari Yerusalem, tapi juga kepada “orang banyak†yang dipanggil-Nya.
Sering faktor eksternal dijadikan sumber dosa dan kejahatan. Namun sesungguhnya dari faktor internal, dari hati dan pikiran manusia, segala yang buruk dimunculkan. Ketika Kain cemburu kepada Habel, adiknya, Yahwe memperingatkannya. “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? … dosa sudah mengintip di depan pintu (hatimu). Ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya†(Kej 4:6-7). Sayang, Kain gagal mencegah dosa menguasai hidupnya.
Dari dalam hati orang, berbagai kejahatan bisa muncul. Dalam hal ini, penginjil Markus lebih keras dibandingkan penginjil Matius. Pada Mat 15:19 hanya enam kejahatan yang disebutkan, sedangkan pada Mrk 7:21-22, terdapat 12 kejahatan yang “timbul dari dalam dan menajiskan orangâ€. Perikop ini mengajarkan untuk menjadi bersih di hadapan Allah dan sesama.
Henricus Witdarmono