HIDUPKATOLIK.COM-SEJARAH mencatat bahwa peradaban berkembang ketika terjadi pertemuan antar budaya. Salah satu budaya yang terkenal dari Minahasa adalah Musik Kolintang. Musik Kolintang pun harus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Pernyataan ini disampaikan oleh Dosen Universitas Presiden Ferry Doringin dalam acara launching buku berjudul “Kolintang dan Kebudayaan antara Modernitas dan Tradisi, di Aula Sekolah St Fransiskus, Kramat, Jakarta, 22/1.
Ferry yang didaulat sebagai pembicara mengatakan, buku ini sangat kental dengan tesis mengenai identitas yang akarnya adalah budaya. “Tema ini sangat menarik dan relevan ketika situasi masyarakat kita terutama perang media sosial, dengan hoax dan serangan SARA, membuat banyak orang saling menuduh ‘tidak berbudaya,†ungkap Ferry.
Sementara itu, penulis buku Ambrosius Loho mengatakan, buku ini terwujud karena kesadaran akan budaya lokal khususnya kolintang yang kian hari terkikis oleh perkembangan alat musik moderen. Ambrosius menambahkan, meski musik kolintang ini khas budaya tetapi dibeberapa daerah musik kolintang sudah digunakan sebagai musik dalam setiap perayaan Ekaristi. Misalnya, di daerah-daerah Minahasa, musik kolintang tak bisa dipisahkan dari nyanyian liturgi. Sebab sebagian besar melodi khas dalam musik kolintang mengekspresikan iman Gereja yang dirayakan dalam liturgi. “Musik kolintang digunakan dalam liturgi setidaknya menggambarkan dua hal yaitu apa yang dilakukan Allah (karya Allah) dan tanggapan manusia beriman (syukur dan puji-pujian, sembah dan permohonan),†ujar Mahasiswa Pascaserjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara Jakarta ini.
Kegiatan ini dibuka dengan persembahan musik kolintang dari ibu-ibu karyawan BRI se-Jakarta. Di akhir acara, Ambrosius berkenan memberikan beberapa penghargaan berupa buku kepada beberapa pemerhati kolintang di Jakarta.
Yusti H. Wuarmanuk