HIDUPKATOLIK.com -Â Pw St Antonius; Ibr 6:10-20; Mzm 111; Mrk 2:23-28
PERINTAH-perintah agama sering terasa abstrak. Umat butuh penjabaran konkrit, jelas dan terarah. Orang Farisi dikenal sebagai penjaga ulung Taurat. Mereka menambahkan banyak aturan amat rinci, siap mengawal dan melancarkan kritik kepada yang melanggarnya, terlebih mengenai tata laksana Sabat. Yesus ditegur orang-orang Farisi karena membiarkan para murid memetik bulir gandum pada hari Sabat.
Injil Markus sejak awal menampilkan banyak konflik antara Yesus dengan para musuh-Nya, juga dengan murid-murid yang sering gagal memahami pewartaan dan tindakan-Nya. Jawaban-jawaban Yesus tak memuat intensi membela diri. Ia konsisten pada tugas membawa sukacita Injil. Yesus mengajak pendengar-Nya untuk kembali kepada semangat otentik hari Sabat sebagai sarana berjumpa dengan Allah.
Hukum hari Sabat yang semula hendak mencapai tujuan mulia, berbalik menjadi batu sandungan yang melumpuhkan. Bukan karena hukumnya yang bermasalah, melainkan mentalitas oknum yang menafsirkannya, ringan untuk diri sendiri, tapi di berat-beratkan bagi orang lain. Istilah populernya, “tajam ke bawah, tumpul ke atasâ€. Yesus tak menghapus Sabat, melainkan mengembalikan martabat manusia yang sering diabaikan oleh aturan hari Sabat.
Monica Maria Meifung